Gus Dur Kulakan Humor ke Madura
esoftHMD294x Buletin-khidmah Humor-gusdur
Sosok Gus Dur tidak mungkin dilepaskan dari orang Madura. Karena beliau memang punya darah Madura dari jalur Jaka Tingkir. Suku Madura juga sangat dekat dengan NU, karena mereka rata-rata sangat mencintai ulama.
Gus Dur berpendapat, orang Madura memiliki kecerdasan yang tinggi dan kemampuan mengantisipasi serta merespon krisis dengan cepat. Stereotype orang Madura adalah pemberani, keras, tegas, protektif terhadap keluarga dan harga diri, tetapi juga sangat sentimentil dalam urusan agama. Orang Madura juga sangat mencintai kampung halamannya. Itulah sebabnya, Gus Dur selalu mengagumi hal-hal yang berkaitan dengan Madura, termasuk dalam masalah humor. Gus Dur mengaku sering kulakan Humor Madura dari Orang Madura sendiri!
“Sudah pernah dengar cerita Menristek dikalahkan oleh orang Madura?” tanya Gus Dur kepada Dr. AS Hikam, mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) era Pemerintahan Gus Dur.
“Gimana, Gus?” tanya AS Hikam sambil senyum-senyum.
“Menristek sebelum sampeyan itu luar biasa hebat, karena konon bisa bikin pesawat. Suatu hari, dia ingin pamer kepada orang Madura, betapa hebatnya capaian dia dan bagaimana rakyat seharusnya bangga dan memujanya. Nah, tibalah dia di sebuah Pesantren di Bangkalan.
Pak Menteri yang satu ini punya kebiasaan, kalau pidato pasti menggebu-gebu, hingga matanya pun melotot-lotot. Pak Menteri antara lain mengatakan: Jadi sudara-sudara, kiai-kiai, kita harus bangga! Karena bangsa kita telah punya warga yang mampu membuat pesawat terbang. Sebentar lagi, bukan cuma pesawat terbang biasa, malah pesawat yang bisa mendarat ke bulan. Apakah sudara-sudara tidak bangga dengan prestasi anak bangsa sendiri?
Anehnya, hadirin diam saja. Pak Menteri heran dan bertanya lagi: Apakah sudara-sudara bangga?
Masih juga hadirin diam, bahkan setelah Pak menteri mengulangi tiga kali pertanya seperti itu. Akhirnya, seorang santri berbadan kurus angkat tangan sambil bicara: Kalau saya, tak bangga sama sekali Pak Menteri!
Si Menteri terjejut! Ia bertanya: Kenapa kok tidak bangga, dik?
Kata si santri: Soalnya sudah ada yang bisa begitu, Pak. Saya akan bangga kalau Bapak bisa bikin pesawat yang bisa ke Matahari (mata para hadirin terarah kepada Pak Menteri, menunggu reaksinya).
“Ooo begitu. Apakah adik tahu, bahwa mendarat ke Matahari itu tidak mungkin?” kata Pak Menteri.
“Lho, kenapa tidak mungkin, Pak?” tanya Si santri, heran.
“Begini, matahari itu panasnya berjuta-juta derajat celsius, sehingga tidak ada logam yang bisa dipakai untuk membuat pesawat yang bisa mendekat, apalagi mendarat. Baru mendekat sekian juta kilometer saja, pesawat itu pasti sudah meleleh.” Pak Menteri yang cerdas itu lalu menjelaskan kepada para hadirin soal kesulitan menciptakan pesawat disertai paparan ilmiah ilmu fisika.
“Kalau cuma begitu, gampang Pak,” Belum selesai Pak menteri bicara, si santri menyela.
“Lho, mudah gimana?” Pak Menteri lagi-lagi kaget.
“Kalau takut pesawatnya meleleh karena panas, berangkatnya habis Maghrib saja. Kan sudah dingin,” jawab si santri, santai.