Membangun - Potensi Diri
esoftHMD273x Gagasan
Oleh: Silvi Hidayati*
Ketika memandang sekeliling kita, sering kita menilai orang lain begitu sempurna, memiliki semuanya, dan kita hanya bisa mengelus dada, “Mengapa mereka (yang sempurna) dan bukan saya?” Itulah pertanyaan yang kadang muncul di benak kita. Untuk menjawab pertanyaan itu sebenarnya ada pada diri kita sendiri. Semuanya ada pada diri kita.
Potensi diri muncul tidak begitu saja, banyak hal yang harus di lakukan untuk mengembangkan dan memunculkannya dalam hidup. Tekun dan ulet adalah salah satu cara agar semua ini dapat tercapai. Tapi, walaupun demikian, ketekunan bukanlah suatu sifat yang muncul alami pada diri kita. Ketekunan membutuhkan kedisiplinan dan sikap mau bertahan dalam usaha. Sangatlah penting bertekad untuk tidak membiarkan keputusasaan mengoroti diri kita, meskipun seringkali rasa malas selalu hadir dan membayangi. Camkan pada diri kita bahwa putus asa adalah musuh terbesar yang dapat menghancurkan masa depan. Sylvester Stallone, seorang bintang film dan produser, mengetahui kekuatan dari daya tahan dirinya sendiri. Dia pernah berkata, “Saya
bukanlah orang yang paling cerdas atau berbakat di dunia, tetapi saya berhasil karena saya terus maju, terus, dan terus”. Pernyataan ini sungguh benar bagi semua orang yang sukses. Kita lihat, seperti Sylvester Stallone, dibutuhkan bertahun-tahun usaha yang tekun untuk menjadi sukses!
Untuk menemukan potensi diri tidaklah mudah, kita harus siap melakukan apapun lebih dari biasanya. Siap menanggumg segalanya dan mengatur diri sendiri untuk berubah. Rela meluangkan waktu untuk hal yang berguna. Fokus pada target yang ingin dicapai, karena waktu merupakan hal yang paling berharga dan tidak ternilai. Hargai dan memanfaatkanlah sebaik mungkin. Terkait dengan pemanfataan waktu, Hasan al-Bakhri berkata, “Wahai anak cucu Adam, ketika matahari terbit, jadikanlah hari itu sebagai hari baru, yang menjadi saksi atas segala perbuatanmu. Gunakanlah hari itu sebaik mungkin dan kumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat sebaik-sebaiknya. Sesungguhnya jika hari itu telah pergi, ia tidak akan kembali hingga hari kiamat”.
Namun, semuanya tidak akan berhasil tanpa diimbangi dengan perubahan pada diri kita. Karena semuanya tidak akan berhasil tanpa kesadaran dari diri sendiri untuk berubah. Perubahan diri dimulai dengan tingkah laku dan interaksi dengan sesama manusia. Rasulullah Saw. bersabda, “Berilah jaminan kepadaku tentang enam hal dalam dirimu, niscaya aku akan memjaminmu masuk surga. Tiga hal itu di antaranya berhubungan dengan moral, sedangkan
tiga hal lainnya terkait dengan ibadah. Enam hal tersebut, yaitu menepati janji, berbicara jujur, menunaikan amanat, menjaga kemaluan, menundukkan pandangan, menjalin silaturrahim dengan orang lain." (HR. Ahmad : 323).
Berkaitan dengan Hadits ini, seorang ulama’ berkata, “Sesungguhnya, medan perang yang paling utama adalah dirimu sendiri. Apabila kamu dapat menaklukkannya, maka kamu mampu menaklukkan berbagai hal. Sebaliknya, jika kamu tidak bisa mengendalikan dirimu, maka kamu tidak akan sanggup menggapai hal-hal lainnya”.
Kesungguhan untuk mengubah keadaan bukanlah hal yang mudah. Dalam mewujudkannya, kita bisa meneladani sikap Rasulullah Saw. Ketika berdakwah di Mekkah, beliau bersungguh-sungguh dalam berdakwah untuk mengajak orang-orang menyembah Allah Swt. Saat itu beliau berjanji, “Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan Agama ini. Niscaya aku tidak akan melakukannya hingga Allah memenangkan semuanya”, (Thabari:545).
Tapi kenikmatan dan anugrah tidak akan datang bigitu saja tanpa disertai usaha. Jika ingin mencapai suatu hal, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya. Tidak boleh putus asa sedikitpun. Sesungguhnya kesuksesan yang kita raih adalah anugrah Allah yang didukung oleh usaha kita. Allah tidak akan merubah keadaan kita jika kita tidak berusaha untuk merubahnya sendiri.
Dengan tekun, menghargai waktu, dan mengubah diri menjadi lebih baik dari sebelumnya, akan menjadi jalan untuk meningkatkan potensi diri kita, mengevaluasi
diri dan dapat belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya sehingga dapat mengetahui apa kelebihan dan kekuranagan kita. Memanfaatkan waktu muda untuk hal yang berguna, gunakan bakat dan keahlian yang di miliki sebaik mungkin, dan akhirnya kita bisa menjalani hidup dengan berarti. Amin. ()
* Penulis adalah mahasiswi INSTIKA Guluk-Guluk Sumenep Madura