Mereka Menunggu - Uluran Tangan Kita!
esoftHMD208x Kolom
Namanya Malihah (17 tahun). Anak bungsu dari 3 bersaudara. Warga Sumber Gentong, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep ini menderita penyakit tunanetra (buta) sejak kecil. Dia hidup sebatang kara. Bapaknya meninggal dunia saat dirinya masih berusia 10-an tahun. Ibunya menyusul wafat saat usianya sekitar 15-an tahun. Kini, Malihah tinggal seorang diri di rumah peningggalan orang tuanya yang hanya terbuat dari anyaman bambu (bidhik). Setiap saat, hanya kegelapan dan penderitaan yang dialaminya.
Tubuhnya kurus kering. Setiap hari Malihah hanya bisa merebahkan diri, tidak bisa duduk apalagi berdiri. Untuk duduk atau berdiri, dia harus dipapah oleh orang lain. Dan setiap kali duduk, kepalanya pasti terasa sakit. Sebuah penderitaan yang tiada pernah berakhir.
Untuk makan, minum, atau mandi, Malihah harus dibantu oleh orang lain. Kedua kakak perempuannya sudah menikah dan tinggal di rumah suaminya masing-masing. Mereka datang secara bergantian untuk menemaninya dan memberinya makan. Kalau mereka berhalangan, maka bibi atau tetangganya yang datang memberi makan. Padahal, orang-orang yang membantu Malihah juga hidup pas-pasan.
Sudikah Anda membantu meringankan penderitaannya?
Namanya Endahwati (Endah). Umurnya baru 15 tahun. Kaki dan tangannya lumpuh sejak kecil. Warga Tengkinah, Sentol Laok, Pragaan, Sumenep ini juga mengalami disabilitas. Semua kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh sang ibu, karena bapaknya sudah lama wafat.
Dulu, anak pertama dari dua bersaudara ini sering mendapat santunan. Namun,mulai tahun 2015 ini, pihak-pihak yang biasa memberinya santunan menghentikan bantuan. Mereka beralasan, Endah bukan anak yatim lagi. Padahal, meskipun bukan yatim, keluarganya tergolong fakir-miskin.
Ibu Endah yang bernama Jumi tidak punya penghasilan tetap. Bu Jumi bekerja serabutan; terkadang menjadi kuli angkut, kadang menjual kayu bakar, atau bercocok tanam ala kadarnya. Apa yang akan dimakan hari ini, dicari hari ini juga.
Sementara, pada saat yang sama, ibu Jumi juga harus “melayani” semua kebutuhan Endahwati. Endah tidak bisa makan-minum atau berjalan sendiri. Dia harus digendong.
Begitulah kehidupan sehari-hari Ibu Jumi. Menggendong, memandikan, memakaikan baju, menyuapi makan-minum, hingga menemani Endah tidur. Padahal, ibu Jumi juga masih merawat satu anak yatim, yaitu adik si Endah. Keluarga ini sungguh memerlukan belas kasih kita semua.
Sudikah Anda membantunya?
Timah, begitulah mereka menyebut namanya. Wanita berusia 17-an tahun ini tinggal di rumah kecil berdinding bambu, bersama ibunya yang sudah renta dan 3 saudaranya yang masih kecil. Bapaknya sudah wafat. Tidak ada penopang ekonomi di dalam keluarganya. Salah seorang adik perempuannya memiliki kelainan tubuh, yakni berbadan kecil (cebol) sehingga tidak bisa membantu mencari penghasilan.
Keluarga Timah biasanya bekerja membuat sapu lidi. Itupun kalau ada pesanan. Sementara Timah tidak bisa bekerja dan hanya mengharap belas kasihan orang lain. Warga dusun Galis Desa, Jaddung, Pragaan ini setiap hari tidur di beranda rumah. Sementara saudara-saudaranya tidur di dalam rumah. Ibunya yang sudah renta, terpaksa tidur di dapur karena rumah mereka sudah tidak muat. Keluarga kecil ini membutuhkan kepedulian kita semua.
Mari bergabung bersama kami.
Mari perhatikan nasib ratusan yatim dan dlu’afa' di sekitar kita.
Mereka adalah amanah Allah yang harus kita santuni.NU PEDULI, Membantu Kita Lebih Peduli