Media Dakwah

BUMIAswaja

Media Dakwah MWCNU Pragaan

Sesal Kelabu

Jumat, 3 Januari 2014 01:00 WIB
321x Buletin-khidmah Cerpen

Oleh Diyah Ayu Fitriana*)


 


            Nasi telah menjadi bubur, begitu kata pepatah. Dan ini yang aku rasakan sekarang. Aku masih tetap berada di dalam lingkar perih yang mengurungku dengan rasa bersalah. Bertahun-tahun aku dibelenggu rasa yang aku sendiri tak kuat menahannya.

“Ma, makan dulu yach...?” Aku menyuguhkan sepiring sarapan pagi untuk bunda tercintaku. Tak ada jawaban. Mama hanya menggeleng. Aku sudah berusaha mengembalikan dunia cerianya,  namun sia-sia. Tapi aku tak pernah membawanya ke dokter jiwa, karena aku tak pernah menganggap mama gila. Bahkan, aku tak rela jika dia harus berada di tempat yang mengerikan bersama orang-orang sakit jiwa. Aku tak merelakan hal itu terjadi. Air mataku jatuh perlahan membasahi sprei berwarna biru. Perasaannku trenyuh melihat bunda tercinta harus menjalani sisa umurnya di ruangan kecil, pengap, dengan ventilasi yang sangat kecil.

Aku sesali kebencianku pada Febby, yang menurutku begitu menyebalkan. Rengekan tangisnya membuatku tidak suka dekat-dekat dengannya. Aku tak pernah menyukai kehadiran adikku, dari awal kehamilan mama. Kehadiran Febby membuat perhatian mama teralihkan padanya, begitu juga dengan ayah. Seisi rumah sangat memanjakannya. Karena dia perempuan, sedangkan aku laki-laki. Mama memang ingin sekali memiliki momongan perempuan. Dan kehadiran Febby merupakan anugerah terbesar baginya, namun tidak untukku.

@@@


            Malam ini, wanita paruh baya itu terlihat begitu lelah. Helai demi helai, ia belai rambut putihnya yang tergerai di balik punggung. Bulan membulat terbentang di langit hitam kelam, seakan turut menyaksikan kepiluannya. Gerakan udara menghembus lembut, kesunyian malam senantiasa hadir di malam-malamnya. Gambar mungil Febby, tetap berada dalam dekapannya. Sudah dua hari ini ayah tak pulang ke rumah. Terakhir aku dengar dari rekan kerjanya, ayah pergi bersama wanita tunasusila yang menjadi langganannya. Entah apa yang membuat ayah berubah. Mama memang tak seceria dulu, tapi kecantikannya masih jelas terlukis di raut wajahnya. Meski berbagai kerutan telah timbul, tapi semua itu tak memudarkan aura kecantikannya. Mama memiliki inner-beauty yang luar biasa.

Malam kian larut, serintik hujan jatuh perlahan membasahi rerumputan. Matanya tak berkedip. Sesaat kemudian dia mengerang, ”Agh.......!!!” tangisnya pecah. Hujan semakin deras mulai mengguyur, seakan melengkapi suasana pilu. Kepenatan mulai dia rasakan. Secara perlahan, ia baringkan tubuh rentanya di atas dipan tua itu.

Sisa air hujam yang mengguyur semalam, masih terasa di atas rerumputan yang kutapaki. Pagi ini aku hanya berada di atas kursi goyang dengan secangkir Moccachino yang menghangatkan badan, serta lembaran surat kabar yang menemaniku. Masih begitu lekat dalam angan, saat Febby kutinggalkan di jalan simpang tiga. Saat itu aku benar-benar tidak memiliki hati nurani. Rengekan manjanya menyiksa gendang telingaku. Aku biarkan dia memanggilku, namun aku berlalu dengan mobilku. Febby berusaha mengejar kakak bejatnya yang tak memiliki rasa belas kasih terhadapnya. Saat itu juga Xenia Silver membentur keras tubuh mungil itu. Ajalpun menjemputnya seketika. Mama sangat terpukul, bahkan dia sempat tak sadarkan diri selama 3 hari. Mama menderita lemah jantung. Kenyataan ini membuatnya shock.

Kini, penyesalan selalu menyertai hari-hariku. Keluargaku berantakan. Mama mengalami trauma, ayah tak kuketahui keberadaanya. Lengkaplah sudah sesal kelabu yang kuderita.

@@@


Wanita pemilik inner-beauty itu datang menghampiriku.         “A...a…Adhit....” suaranya lirih, ragu. Seakan ada yang menahan suaranya di kerongkongan. Tersentak aku menoleh ke arahnya. Matanya kusam. Derai air mata yang membuat wajahnya buram. Gambar mungil di dalam bingkai lucu masih tetap dalam genggamannya. Rambutnya tak lagi terurai, mama mulai merapikannya. Aku berharap kondisinya membaik. Kupeluk tubuh berwajah pilu itu erat-erat. Berharap dia merasakan apa yang kurasakan. Kesembuhannya adalah keinginan kuatku.

Mentari dengan gagahnya menebar pesona, membuatku semakin kagum atas ciptaanNya. Sunyi, senyap, hanya udara pagi yang berdesir di wajahku. Kami terdiam dalam pelukan hangat. Aku tak berani melontarkan kata-kata, tak mau ketenangannya terganngu. Mama belum tahu kabar tentang ayah, dan aku tak akan memberitahunya saat ini. Aku telah melepas ayah, bagiku yang terpenting adalah memulihkan mama.

Aku meneguk sisa Moccachinoku. Kuhela nafas sejenak, lalu kuhembuskan perlahan-lahan. Jiwaku bergetar bahagia, saat kulihat senyum mama mulai mengembang. ()

 

*) Siswi kelas X MA dan santri PP. Darul Ihsan, asal kota Probolinggo

  • Ahad, 8 Februari 2015 09:06 WIB Mencium Tangan Guru Dianjurkan

    DISKRIPSI MASALAH Salah satu tradisi warga NU ketika bertemu warga NU lainnya mereka berjabat tangan (asalaman). Bahkan tidak hanya sekedar itu, akan tetapi ada pula yang sampai mencium tangan dengan alasan takdzim, apabila yang mereka jumpai adalah orang alim atau gurunya.   PERTANYAAN Bagaimana

  • Ahad, 8 Februari 2015 08:45 WIB Sosialisasi Korporatisasi Garam Rakyat

    Sosialisasi korporatisasi garam rakyat makin gencar dilakukan PBNU. Seperti yang dilakukan hari Sabtu (7-2-2015) di kantor MWC NU Pragaan, Tim sosialisasi bersama Ketua PCNU Sumenep jumpai petani garam rakyat yang ada di MWC NU Pragaan. Dalam arahannya Ketua Tim Rokib Ismail mengatakan bahwa pemerintah akan

  • Ahad, 1 Februari 2015 22:49 WIB NU Pragaan Mulai Gencarkan Info KARTANU

    Jaddung menjadi ranting NU pertama yang didatangi Tim Kartanu MWC NU Pragaan. Setelah pagi harinya membentuk TIM, sore harinya Ahad (1-2-2015) di kediaman KH. Asnawi Sulaiman PP Al-Ihsan Jaddung TIM Kartanu sosialisasikan Kartanu kepada pengurus dan warga yang ikut perkumpulan ranting. Rais Syuriyah KH. Moh.

  • Sabtu, 31 Januari 2015 22:47 WIB PWNU Ajak PCNU Genjot Kartanu Jilid II

    Meskipun sepanjang pagi diguyur hujan, tak menyurutkan PWNU merapat dengan PCNU dan MWC NU se Kabupaten Sumenep, sabtu (31-01-2015). PWNU sebutkan perolehan Kartanu Sumenep baru 17.000. Jumlah ini masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan PCNU lain. Padahal Sumenep potensi kewargaannya kuat. KH.

  • Rabu, 28 Januari 2015 04:06 WIB LPNU Study Pengelolaan Penggemukan Sapi

    Takut keliru dalam memulai usaha penggemukan ternak, pengurus LPNU adakan study awal pendirian kandang komunal, dan pemeliharaan sapi, pada hari Rabu, 28 Januari 2015. Lokasi study  yang dipilih adalah Kelompok Tani di Pamekasan Madura. Kelompok tani ini telah punya banyak pengalaman mengikuti pendidikan

  • Jumat, 23 Januari 2015 04:10 WIB LPNU Pertajam Program Penggemukan Sapi

    Sehari setelah dilantik, Lembaga Perekonomian NU Pragaan langsung tancap gas gelar rapat lanjutan di Kantor MWC NU Pragaan, Jum’at, 23 Januari 2015 M. Rapat yang dimulai pada jam 15.00 Wib ini mempertajam program unggulan LPNU yaitu penggemukan ternak sapi dengan kandang komunal. Penggemukan sapi dengan

  • Kamis, 22 Januari 2015 15:00 WIB NU Aeng Panas Bangkit Adakan Haul Akbar

    Seolah ingin menepis anggapan ranting NU yang mati, pengurus baru Ranting NU Aeng Panas bangkit mengadakan kegiatan rutin bulanan berupa pengajian kitab dan konsolidasi, bergiliran dari rumah pengurus ke rumah pengurus lainnya. Bulan maulid tahun inipun dengan bangga mengadakan Haul Akbar dan Peringatan Maulid

  • Jumat, 3 Januari 2014 01:00 WIB Sesal Kelabu

    Oleh Diyah Ayu Fitriana*) Nasi telah menjadi bubur, begitu kata pepatah. Dan ini yang aku rasakan sekarang. Aku masih tetap berada di dalam lingkar perih yang mengurungku dengan rasa bersalah. Bertahun-tahun aku dibelenggu rasa yang aku sendiri tak kuat menahannya. Ma, makan dulu yach... Aku menyuguhkan

  • Kamis, 2 Januari 2014 11:12 WIB Titah Sang Ibu

    Oleh Nur Jamila Baisuni Santriwati Latee II PP Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Bersama deru ombak yang bising kutitip mimpi dan harapanku pada Tuhan yang menciptanya. Kuharap janji Tuhan atas doa-doa yang kupanjatkan di setiap detak jantungku. Kuyakin Tuhan tak pernah salah. Tuhan tak pernah bohong. Akulah

  • Rabu, 1 Januari 2014 04:13 WIB Masjid Kesepian

    Oleh: AF. Raziqi Pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) di Sumenep   Senja yang buram. Aku duduk terpaku menatap langit kelabu. Awan tebal membuntuti burung-burung yang berkejaran seakan berlomba mencapai sarang. Sebentar lagi hujan, pikirku. Aku duduk di teras masjid. Kuperhatikan lekuk langit yang

  • Rabu, 1 Januari 2014 02:08 WIB Suatu Malam di Sudut Mushalla

    Ayu Afandi* Dari balik jemuran ini, kuperhatikan gadis itu. Sosok yang begitu manis dan santun. Wajahnya selalu berseri. Mulutnya yang komat-kamit seolah tak ada keluh terpendam. Keriangan yang terpancar di matanya begitu bertolak belakang dari sisi buruk yang selama ini disematkan padanya. Si Ratu Denda.

  • Selasa, 24 Desember 2013 09:43 WIB Bus Pertiwi

    Oleh Ali Fahmi   Knalpot menderu mengentutkan asap-asap pekat, menyesakkan jantung. Ban bundar berotasi mengikuti kilometer pedal gas. Poros penghubung yang karatan berbunyi menakutkan. Bus yang sudah tua dan usang dihantam cuaca dan masa itu terus meliuk di tikungan-tikungan terjal. Jalan beraspal

  • Senin, 23 Desember 2013 20:20 WIB Di Balik Jeruji

    Oleh Mahmudah Imam   Kupanggil dia Cinta; anugerah terindah yang selalu mengikat perasaanku. Di setiap tatapannya, ada rona cemburu yang tak kutahu untuk siapa. Ada resah dalam kalimat-kalimat bisu yang disuarakan. Ada amarah, juga benci, yang belum kupahami karena apa. Setelah itu, selalu ada

Memuat Data...

Siapkan Identitas
Khusus Warga Kecamatan Pragaan