Media Dakwah

BUMIAswaja

Media Dakwah MWCNU Pragaan

Teologi Kultural

Kamis, 2 Januari 2014 11:08 WIB
231x Buletin-khidmah Esai

Pak Kuntowijoyo pernah mengklaim Muhammadiyah telah berdosa besar terhadap dunia kebudayaan Indonesia. Pasalnya, Muhammadiyah telah menggusur—atau paling tidak, bersikap antipati terhadap—tradisi-tradisi lokal atau ritus-ritus keagamaan yang dipandang bersentuhan dengan konsep kuffarat, khurafat, dan tahayul. Padahal, dari sudut pandang ajaran agama Islam, apa yang dilakukan Muhammadiyah itu diyakini sebagai suatu keniscayaan. Sebab, tradisi dan ritus demikian dianggap menodai citra dan kemurnian aqidah.

Sekilas tampak di sini adanya ketegangan hubungan antara budaya di satu sisi, dan agama di sisi lain. Agama, dengan seperangkat konsepsi ajaran dan nilai sublimal yang mengklaim dirinya sebagai kebenaran sakral, harus berhadapan dengan sistem budaya yang—meskipun—bersifat profan, namun sudah melekat kuat pada pola pikir dan tata laku dalam satu komunitas masyarakat. Maka konfrontasi antara keduanyapun tak dapat dielakkan.

Sebetulnya kedatangan Islam ke dalam satu komunitas masyarakat tidak dapat dipandang sebagai ancaman yang akan membabat habis sistem budaya yang ada. Sebab, disamping tidak manusiawi, hal itu juga tidak mungkin terjadi. Kedatangan Islam hendaknya dipahami sebagai suatu aksi untuk, pertama, mengisi jiwa kebudayaan yang ada, sehingga dapat hidup sesuai dengan watak kehidupan itu sendiri. Kedua, memberi landasan yang kokoh sehingga kebudayaan yang ada mampu membangun dirinya dengan tegar, tahan banting, tidak goyah, dan tidak mudah tereduksi oleh gempuran budaya lain. Ketiga, memberi tujuan dan arah yang jelas menyongsong dinamikanya ke depan.

Dengan prinsip-prinsip dasar yang dipaparkan di atas, dapatlah kiranya dikatakan bahwa sebetulnya Islam dalam mendekati tatanan budaya yang sudah eksis di tengah komunitas masyarakat menganut paradigma teologi kultural. Artinya, Islam menghendaki seluruh tatanan sistem kebudayaan itu ditegakkan di atas konsep tauhid. Tauhid di sini tidak hanya diartikan monoteisme sebagai pengakuan terhadap keesaan Allah. Akan tetapi, lebih dari itu, tauhid diartikan sebagai upaya menyatukan kesadaran akan eksistensi dua komponen sejati manusia, yaitu jasmani dan ruhani. Islam sebagai landasan pacu kebudayaan berorientasi untuk menyelaraskan gagasan-gagasan material dan spiritual manusia.

Substansi doktrinal Islam adalah tauhid, yakni sikap dan semangat memosisikan Allah sebagai tuhan yang esa. Allah sebagai pusat segala pengabdian dan penghambaan. Dialah Dzat yang wujud, yang wajib disembah oleh segenap makhluk. Dialah Dzat yang harus diinternalisir ke dalam wilayah kesadaran batiniah dan dihujamkan ke dalam sistem keyakinan hati nurani. Apabila substansi tauhid ini sudah berhasil dijadikan kendali rohani, ia akan mampu terjun di tengah pluralitas sistem budaya tanpa harus membuldozer kekayaan budaya itu sendiri. Malahan secara kreatif ia akan dapat meniupkan ruh ketuhanan, memberi kekayaan baru dan nuansa kesucian yang dinamis, sehingga kebudayaan yang ada tetap eksis lebih kokoh dan lebih bijak, sesuai dengan arah kehidupan yang mesti dijalani oleh umat manusia.

Jadi jelas, apa yang semestinya dilakukan Islam itu adalah terutama memberi ruh terhadap tubuh kebudayaan. Bukan melindasnya hingga binasa. Itulah sebabnya, ketika para sahabat protes terhadap Rasulullah setelah mengeluarkan perintah sa’i antara Shafa dan Marwah, dengan alasan bahwa sa’i itu tradisi jahiliyah, Allah tidak memperkenankan menggusurnya. Malahan, Allah menegaskan dengan sebuah firman: inna al-shaf? wa al-marwata min sya‘?irillah. Bahwa sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah bagian dari syi’ar atau simbol kekuasaan Allah.

Prinsip inilah yang dijadikan komitmen oleh pendahulu kita, pembawa cahaya Islam ke Indonesia, Sunan Kanjeng Wali Songo. Mereka dengan arif dan cerdas memilih jalan damai dalam memperkenalkan agama Islam. Beradaptasi secara akrab dengan tradisi-tradisi lokal yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Namun, secara substansial mereka telah mengisi, membimbing, dan mengarahkan tradisi-tradisi itu dengan muatan nilai ketauhidan dan kesejatian hidup.

Wallahu a’lamu bil ashshawaab

  • Ahad, 8 Februari 2015 09:06 WIB Mencium Tangan Guru Dianjurkan

    DISKRIPSI MASALAH Salah satu tradisi warga NU ketika bertemu warga NU lainnya mereka berjabat tangan (asalaman). Bahkan tidak hanya sekedar itu, akan tetapi ada pula yang sampai mencium tangan dengan alasan takdzim, apabila yang mereka jumpai adalah orang alim atau gurunya.   PERTANYAAN Bagaimana

  • Ahad, 8 Februari 2015 08:45 WIB Sosialisasi Korporatisasi Garam Rakyat

    Sosialisasi korporatisasi garam rakyat makin gencar dilakukan PBNU. Seperti yang dilakukan hari Sabtu (7-2-2015) di kantor MWC NU Pragaan, Tim sosialisasi bersama Ketua PCNU Sumenep jumpai petani garam rakyat yang ada di MWC NU Pragaan. Dalam arahannya Ketua Tim Rokib Ismail mengatakan bahwa pemerintah akan

  • Ahad, 1 Februari 2015 22:49 WIB NU Pragaan Mulai Gencarkan Info KARTANU

    Jaddung menjadi ranting NU pertama yang didatangi Tim Kartanu MWC NU Pragaan. Setelah pagi harinya membentuk TIM, sore harinya Ahad (1-2-2015) di kediaman KH. Asnawi Sulaiman PP Al-Ihsan Jaddung TIM Kartanu sosialisasikan Kartanu kepada pengurus dan warga yang ikut perkumpulan ranting. Rais Syuriyah KH. Moh.

  • Sabtu, 31 Januari 2015 22:47 WIB PWNU Ajak PCNU Genjot Kartanu Jilid II

    Meskipun sepanjang pagi diguyur hujan, tak menyurutkan PWNU merapat dengan PCNU dan MWC NU se Kabupaten Sumenep, sabtu (31-01-2015). PWNU sebutkan perolehan Kartanu Sumenep baru 17.000. Jumlah ini masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan PCNU lain. Padahal Sumenep potensi kewargaannya kuat. KH.

  • Rabu, 28 Januari 2015 04:06 WIB LPNU Study Pengelolaan Penggemukan Sapi

    Takut keliru dalam memulai usaha penggemukan ternak, pengurus LPNU adakan study awal pendirian kandang komunal, dan pemeliharaan sapi, pada hari Rabu, 28 Januari 2015. Lokasi study  yang dipilih adalah Kelompok Tani di Pamekasan Madura. Kelompok tani ini telah punya banyak pengalaman mengikuti pendidikan

  • Jumat, 23 Januari 2015 04:10 WIB LPNU Pertajam Program Penggemukan Sapi

    Sehari setelah dilantik, Lembaga Perekonomian NU Pragaan langsung tancap gas gelar rapat lanjutan di Kantor MWC NU Pragaan, Jum’at, 23 Januari 2015 M. Rapat yang dimulai pada jam 15.00 Wib ini mempertajam program unggulan LPNU yaitu penggemukan ternak sapi dengan kandang komunal. Penggemukan sapi dengan

  • Kamis, 22 Januari 2015 15:00 WIB NU Aeng Panas Bangkit Adakan Haul Akbar

    Seolah ingin menepis anggapan ranting NU yang mati, pengurus baru Ranting NU Aeng Panas bangkit mengadakan kegiatan rutin bulanan berupa pengajian kitab dan konsolidasi, bergiliran dari rumah pengurus ke rumah pengurus lainnya. Bulan maulid tahun inipun dengan bangga mengadakan Haul Akbar dan Peringatan Maulid

  • Jumat, 3 Januari 2014 00:38 WIB Sastra Tasawuf

    Oleh Asyari Khatib*)   Ada sebuah realitas menarik terkait pembicaraan tentang satrakhususnya puisidalam hubungannya dengan tasawuf. Rentang sejarah tasawuf banyak sekali dihiasi kreativitas sastra, berbentuk puisi. Demikian pula perjalanan sejarah puisi, diperkaya dengan entitas puisi yang penuh

  • Kamis, 2 Januari 2014 11:08 WIB Teologi Kultural

    Pak Kuntowijoyo pernah mengklaim Muhammadiyah telah berdosa besar terhadap dunia kebudayaan Indonesia. Pasalnya, Muhammadiyah telah menggusuratau paling tidak, bersikap antipati terhadaptradisi-tradisi lokal atau ritus-ritus keagamaan yang dipandang bersentuhan dengan konsep kuffarat, khurafat, dan tahayul.

  • Rabu, 1 Januari 2014 04:10 WIB Lubang Kesabaran

    Oleh: K.A. Dardiri Zubairi Sekretaris PC NU Sumenep   Suatu hari ketika naik motor bersama istri dan anak, saya sempat kesal dan mengeluh ketiba tiba di jalan berlubang dan rusak. Kiran-kira 200 meteran, jalan berkubang mulai sejak sisi kiri, kadang di tengah, kadang di sisi kanan. Akibat jalan rusak

  • Selasa, 24 Desember 2013 09:42 WIB Mengintip Geliat Sastra Kampung

    Oleh Sahli Hamid*)   Perdana Menteri Singapura mewajibkan rakyatnya membaca karya sastra. Kuntowojoyo mengatakan kalau masyarakat Indonesia ingin baik, mereka maka harus membaca karya sastra.   Menarik sekali membincang sastra kampung, atau yang biasa disebut sastra pedalaman. Sastra yang

Memuat Data...

Siapkan Identitas
Khusus Warga Kecamatan Pragaan