Media Dakwah

BUMIAswaja

Media Dakwah MWCNU Pragaan

Jalan Mudah menuju Tuhan

Kamis, 2 Januari 2014 10:30 WIB
332x Buletin-khidmah Wacana

Ahmad Sahidah

Berasal dari Lenteng Sumenep, kini menjadi dosen Filsafat dan Etika di Universitas Utara  Malaysia

 

Jalan mudah di atas memiliki dua pengertian. Pertama, umat bisa melakukan sesuatu dengan jalan pintas agar direlai oleh Tuhan. Kedua, umat tidak sulit untuk menjadi hamba-Nya yang saleh. Jika dalam keadaan sakit, kita bisa melakukan shalat dengan hanya bertelekan tilam, tanpa harus berdiri. Sesungguhnya agama itu adalah anugerah untuk manusia, bukan beban. Untuk itu, pernyataan John Lennon, penyanyi legendaris asal Inggris,  bahwa andai tidak ada agama maka dunia ini akan damai, justru akan memantik kegundahan, karena jutaan orang masih memercayainya. Tetapi, mereka harus memilih yang mana?

 

Sementara, mereka yang mengambil jalan mudah tanpa bersusah payah untuk mendapatkan kerelaan sang Mahakuasa hakikatnya ada masalah lain yang perlu diurai. Para pelaku kekerasan, misalnya, melakukan pengeboman dengan korban acak, bukan kombatan. Ini jelas-jelas dilarang dalam tradisi Nabi. Apalagi,  mereka menafsirkan perintah Tuhan agar umat menunjukkan sebagai Muslim (fasyhad?  biann? muslim?n) dengan menyerang orang yang dianggap kafir nyata-nyata mengambil sepotong dari keseluruhan pesan utuh tentang bagaimana menjadi Muslim menurut al-Qur’an. Tak hanya itu, mereka mengakhiri hidup untuk segera menagih janji Tuhan tentang bidadari yang akan dihadiahkan, tanpa memahami apa sesungguhnya makhluk yang bergelar h?run ‘?n itu.

 

Bagaimanapun, kita harus menyusun kembali pemahaman tentang kemudahan dan kesusahpayahan itu. Kemudahan itu bermakna bahwa untuk mendapatkan ketenangan manusia tidak diperintahkan melakukan sesuatu di luar kemampuan alamiahnya. Janji Tuhan bahwa mereka yang bangun malam demi menunaikan shalat tahajud akan diberi tempat yang mulia dan rezeki tak disangka-sangka tidak dengan sendirinya dipahami dengan kedudukan dalam jabatan publik dan segepok uang dan harta melimpah. Ketika tubuh sedang lena, bangun malam merupakan kemenangan batin. Dengan demikian, kehendak tubuh yang cenderung ingin memenuhi hal bendawi telah tunduk pada kehendak jiwa yang murni, sebagai pintu masuk untuk memeroleh kesentosaan.

 

Pesan Utama

 

Kita beribadah untuk mendekatkan diri pada Ilahi. Dengan melantunkan zikir, kita mengingat, Allah melalui doa-doa dari hati yang paling dalam. Dari ikhtiar ini, kita bisa meraih ketenangan dan ketentraman. Tapi, kadang ini tak mudah. Betapa banyak orang yang melangkahkan kaki ke tempat ibadah, tapi pada waktu yang sama mengabaikan tanggung jawab kemanusiaan pada sesama dan kelestarian lingkungan. Mengandaikan cita-cita sebuah ‘bentuk negara Islam’ yang dianggap  sesuai perintah Tuhan, kemudian pada waktu yang sama membunuh banyak orang dan merusak lingkungan, jelas merupakan ttindakan melawan pesan utama kitab suci.

 

Untuk itu, Nabi menegaskan bahwa tidak disebut shalat jika ia tidak bisa mencegah kemungkaran dan kejahatan. Jadi, kesalehan tidak bisa dilihat dari ibadah yang dilakukan di rumah Tuhan semata-mata, tetapi juga memendar pada prilaku santun, tepa selira, dan terukur dalam berhubungan dengan orang lain. Niat baik untuk menegakkan tatanan yang dikehendaki Tuhan dengan cara merusak jelas tidak bisa disebut memperjuangkan prinsip-prinsip utama ajaran Tuhan tentang nilai-nilai dan martabat kemanusiaan sebagai tujuan syari’ah.

 

Untuk itu, jalan mudah tersebut terkait dengan kemungkinan setiap orang untuk menjalani agama tanpa mengaitkannya dengan kedudukan, kekayaan, dan status sosial. Tetapi, untuk meraih kerelaan Tuhan, kita harus bersusah payah. Sebab,  musuh itu justru berada di dalam cermin. Setiap diri kita sedang melawan nafsu sendiri, karena lawan yang dianggap monster itu adalah wujud dari rekonstruksi pikiran kita sendiri. Tentu saja, kemungkinan salah memahami sosok lawan itu terbuka. Namun, akal sehat harus menjadi pemandu agar pikiran tak sesat lalu melahirkan tindakan konyol. Tugas manusia sebagai khalifah adalah merawat manusia. Adalah bacul apabila mereka ingin mengubah manusia ke arah yang lebih baik dengan cara membunuh dan merusak alam tempat mereka menyuburkan kebajikan.

 

Titik mula

 

Bagaimana menanamkan nilai-nilai murni agama agar ungkapan keagamaan tidak menjadi wujud keputusasaan? Keluarga, sekolah, dan kehidupan masyarakat sejatinya adalah tempat untuk memenuhi kehendak ini. Semua ini adalah ruang tempat kita menyemai kebaikan (mahmudah) dan mengelak kejelekan (madzmumah). Selain itu, menurut Neil Postman, dalam Matinya Pendidikan: Redefinisi Nilai-Nilai Sekolah, pendidik itu adalah keadaan politik. Sayangnya, yang terakhir ini lebih cenderung menampakkan sinisme.  Untuk itu, kita memerlukan narasi lain.

 

Sebagaimana diterakan dalam kredo Islam, tiada tuhan selain Allah, dalam kehidupan nyata kita mengenal banyak tuhan yang disembah oleh manusia.  Neil Postman mengemukakan bahwa dalam masyarakat ada tuhan Kemanfaatan Ekonomi. Ia adalah tuhan yang tidak memiliki perasaan, dingin, dan keras. Sosoknya tak bisa dipandang remeh, karena ia memberi janji kenyamanan. Tambahan pula, tuhan Konsumerisme menegaskan bahwa siapa yang mati dengan mainan terbanyak, dialah sang pemenang. Artinya, kebaikan itu melekat pada orang yang membeli, sedangkan kejahatan melekat pada mereka yang tidak bisa membeli.

 

Celakanya, tuhan-tuhan inilah yang disembah di keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Di rumah televisi menempati ruang utama dalam hubungan antaranggota keluarga. Iklannya telah menyihir penonton dan mengarahkan tindakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.  Sekolah juga tak luput dari cengkeraman tuhan Kemanfaatan Ekonomi. Kehadiran anak didik lebih dilihat pada kemampuan menjawab soal-soal ujian dan dijanjikan akan bergaji bagus nanti setelah lulus. Lebih parah lagi, di luar kelas, anak-anak itu dihadapkan pada hiruk-pikuk orang-orang yang sedang mencari jati diri dengan beradu kekuatan, kekayaan dan kekuasaan.

 

Nah, apa yang tersisa dari ruang kehidupan yang masih memungkinkan kita untuk berharap? Jwabannya surau atau masjid. Benteng terakhir inilah yang menyediakan jalan agar orang tua dan anak-anak menemukan tempat untuk tidak terperangkap pada janji-janji manis tuhan-tuhan di atas. Di tengah keterasingan yang menyergap warga masyarakat, orang-orang dapat menyemai hubungan manusiawi yang akrab dengan tetangganya ketika mereka berjumpa di surau. Demikian pula, anak-anak mereka tak harus berasyik masyuk dengan mainan mahal. Dengan datang ke masjid, sungguh mereka  telah belajar kesalehan, tanpa harus merogoh uang dan mengalami tekanan karena dihantui ujian nasional yang menakutkan.

 

Bagaimanapun, surau adalah oase terakhir yang perlu mendapatkan perhatian. Tentu saja, ia bukan sekadar tempat shalat, pengajian, dan pembelajaran, tetapi juga tempat berkesenian. Untuk yang terakhir, di banyak tempat saya menemukan para pengurus masjid secara kreatif mengembangkan seni hadrah. Di sana, para remaja dan anak-anak diperkenalkan pada musik dan lagu yang berurusan dengan kecintaan pada Rasul. Tambahan lagi, dengan alat sederhana mereka tak memedulikan kecanggihan bunyi, sebagaimana instrumen elektrik. Musik lebih berfungsi hanya sebagai pengiring lagu, bukan sebaliknya. Dengan kesenian hadrah ini, mereka belajar meraup kenikmatan tanpa harus membeli, tetapi ampuh untuk merawat hati.

 

Sabtu, 20 April 2013 09:16 AM.

  • Ahad, 8 Februari 2015 09:06 WIB Mencium Tangan Guru Dianjurkan

    DISKRIPSI MASALAH Salah satu tradisi warga NU ketika bertemu warga NU lainnya mereka berjabat tangan (asalaman). Bahkan tidak hanya sekedar itu, akan tetapi ada pula yang sampai mencium tangan dengan alasan takdzim, apabila yang mereka jumpai adalah orang alim atau gurunya.   PERTANYAAN Bagaimana

  • Ahad, 8 Februari 2015 08:45 WIB Sosialisasi Korporatisasi Garam Rakyat

    Sosialisasi korporatisasi garam rakyat makin gencar dilakukan PBNU. Seperti yang dilakukan hari Sabtu (7-2-2015) di kantor MWC NU Pragaan, Tim sosialisasi bersama Ketua PCNU Sumenep jumpai petani garam rakyat yang ada di MWC NU Pragaan. Dalam arahannya Ketua Tim Rokib Ismail mengatakan bahwa pemerintah akan

  • Ahad, 1 Februari 2015 22:49 WIB NU Pragaan Mulai Gencarkan Info KARTANU

    Jaddung menjadi ranting NU pertama yang didatangi Tim Kartanu MWC NU Pragaan. Setelah pagi harinya membentuk TIM, sore harinya Ahad (1-2-2015) di kediaman KH. Asnawi Sulaiman PP Al-Ihsan Jaddung TIM Kartanu sosialisasikan Kartanu kepada pengurus dan warga yang ikut perkumpulan ranting. Rais Syuriyah KH. Moh.

  • Sabtu, 31 Januari 2015 22:47 WIB PWNU Ajak PCNU Genjot Kartanu Jilid II

    Meskipun sepanjang pagi diguyur hujan, tak menyurutkan PWNU merapat dengan PCNU dan MWC NU se Kabupaten Sumenep, sabtu (31-01-2015). PWNU sebutkan perolehan Kartanu Sumenep baru 17.000. Jumlah ini masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan PCNU lain. Padahal Sumenep potensi kewargaannya kuat. KH.

  • Rabu, 28 Januari 2015 04:06 WIB LPNU Study Pengelolaan Penggemukan Sapi

    Takut keliru dalam memulai usaha penggemukan ternak, pengurus LPNU adakan study awal pendirian kandang komunal, dan pemeliharaan sapi, pada hari Rabu, 28 Januari 2015. Lokasi study  yang dipilih adalah Kelompok Tani di Pamekasan Madura. Kelompok tani ini telah punya banyak pengalaman mengikuti pendidikan

  • Jumat, 23 Januari 2015 04:10 WIB LPNU Pertajam Program Penggemukan Sapi

    Sehari setelah dilantik, Lembaga Perekonomian NU Pragaan langsung tancap gas gelar rapat lanjutan di Kantor MWC NU Pragaan, Jum’at, 23 Januari 2015 M. Rapat yang dimulai pada jam 15.00 Wib ini mempertajam program unggulan LPNU yaitu penggemukan ternak sapi dengan kandang komunal. Penggemukan sapi dengan

  • Kamis, 22 Januari 2015 15:00 WIB NU Aeng Panas Bangkit Adakan Haul Akbar

    Seolah ingin menepis anggapan ranting NU yang mati, pengurus baru Ranting NU Aeng Panas bangkit mengadakan kegiatan rutin bulanan berupa pengajian kitab dan konsolidasi, bergiliran dari rumah pengurus ke rumah pengurus lainnya. Bulan maulid tahun inipun dengan bangga mengadakan Haul Akbar dan Peringatan Maulid

  • Jumat, 3 Januari 2014 00:02 WIB Menumbuhkan Motivasi dalam Diri

    Oleh Moh. Kurdi Ad-Dhahil, S.Pd.I. *)   Keinginan dan cita-cita hanya bisa diraih jika kita memiliki motivasi yang kuat. Tanpa motivasi, sulit sekali menggapai apa yang kita impikan. Tetapi, banyak di antara kita yang bingun atau belum memahami cara menumbuhkan motivasi dalam diri sendiri. Padahal,

  • Kamis, 2 Januari 2014 10:30 WIB Jalan Mudah menuju Tuhan

    Ahmad Sahidah Berasal dari Lenteng Sumenep, kini menjadi dosen Filsafat dan Etika di Universitas Utara Malaysia   Jalan mudah di atas memiliki dua pengertian. Pertama, umat bisa melakukan sesuatu dengan jalan pintas agar direlai oleh Tuhan. Kedua, umat tidak sulit untuk menjadi hamba-Nya yang

  • Rabu, 1 Januari 2014 03:31 WIB Menegaskan Identitas Melalui Kartanu

    Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Namun, sejak berdirinya hingga kini, populasi warga NU tidak jelas jumlahnya. Ada yang menyebut, warga NU berjumlah 40 juta orang, ada juga yang menyatakan 60 juta, 70 juta, 80 juta, dan seterusnya. Dengan populasi yang

  • Rabu, 1 Januari 2014 01:29 WIB Pesantren dan Hubungan Kiai dengan Santri

    Sudah banyak pengamat dan penulis, baik dari luar maupun dalam negeri, yang berusaha berbicara tentang pesantren. Suatu lembaga pendidikan khas yang dikenal sebagai tempat mencetak ahli-ahli agama (Islam). Istilahnya tafaqquh fiddiin. Umumnya, para pengamat dan penulis tentang pesantren terlalu sederhana

  • Selasa, 24 Desember 2013 09:22 WIB Perlu Kearifan untuk Memfilter

    Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masa kini, telah menjadikan tontonan sebagai tuntunan, dan tuntunan sebagai tontonan. Terlepas dari sisi baiknya, nilai negatif media massa seperti TV dan internet, telah merasuki jiwa manusia tanpa kenal umur, meluluh lantakkan akal, kebiasaan, sopan santun, bahkan

  • Selasa, 24 Desember 2013 09:13 WIB Kerja itu Ibadah

    Merasa dirinya sangat miskin, seorang Ansar datang mengemis kepada Nabi. Setelah ditatap lekat-lekat, Nabi tahu orang itu masih kuat. Maka didorongnya ia untuk bekerja. Apakah kamu punya sesuatu Demi Allah, saya tidak punya apa-apa, wahai Rasulullah, selain secarik kain untuk alas duduk dan alat penutup,

Memuat Data...

Siapkan Identitas
Khusus Warga Kecamatan Pragaan