Media Dakwah

BUMIAswaja

Media Dakwah MWCNU Pragaan

Dua Penambang Pasir

Kamis, 2 Januari 2014 11:09 WIB
280x Buletin-khidmah Uswah

Pagi itu, masyarakat bergotong-royong menggali tanah. Ada yang menumpuk batu-batu yang berserakan. Ada juga yang membabat semak belukar. Hujan deras yang tadi malam mengguyur kampung kecil itu, menyebabkan areal pemakaman yang terletak di atas bukit mengalami longsor. Makam-makam tua yang terletak di bibir tebing, ikut ambrol. Tulang-belulang berserakan.

Penduduk berusaha menguburkan kembali tulang-belulang itu dalam satu liang kubur. Sedangkan makam yang hanya mengalami sedikit kerusakan, ditimbun kembali seperti sedia kala.

Di antara reruntuhan tanah yang masih basah itu, orang-orang menemukan dua sosok mayat yang masih utuh. Keduanya berada di liang berbeda, tapi berdekatan. Tubuhnya masih sempurna. Tidak ada bau yang menyengat. Hanya kain kafannya yang tampak lusuh dimakan usia.

Penemuan dua mayat itu menimbulkan tanda tanya; mayat siapakah gerangan? Bukankah kuburannya sudah berumur puluhan tahun? Kenapa tubuh mereka tidak dimakan ulat, atau hancur bersatu dengan tanah?

Beberapa saat setelah dua mayat itu dikuburkan kembali, Kiai Abdullah (bukan nama sebenarnya), salah seorang kiai terkemuka di kampung itu, mengungkap identitas keduanya. Konon, itu adalah sepasang suami-istri yang hidup pada dekade 1920-an. Mereka sebenarnya bukan berasal dari Madura, melainkan pendatang dari sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa.

Sehari-harinya, sepasang suami-istri yang tinggal di rumah kecil di pinggir sungai itu, dikenal sebagai penambang pasir. Antara pukul 9 pagi hingga pukul 1 siang, keduanya mengais butiran-butiran pasir yang diangkut memakai pelepah daun kelapa. Keduanya tidak memiliki keturunan, sehingga suasana rumah itu selalu sepi.

Suatu hari, Shahib (bukan nama sebenarnya) berkunjung ke rumah kedua pasangan itu. Shahib adalah teman sang suami saat menimba ilmu di beberapa pondok di pulau Jawa. Shahib datang ke sana untuk bersilaturrahim, setelah lima kali bertemu keduanya di Mekkah saat melaksanakan ibadah haji.

Betapa terkejutnya Shahib, saat mengetahui bahwa pekerjaan suami-istri itu ”hanya” menambang pasir. Shahib tidak habis pikir, bagaimana mereka bisa naik haji, padahal biayanya sangat mahal dan jarak tempuhnya sangat jauh (saat itu jamaah haji masih menggunakan jasa kapal laut). Ditambah lagi, hasil penjualan pasirnya tidak seberapa. Untuk biaya makan sehari-hari saja, rasanya cuma pas-pasan.

”Allah tidak akan pernah melupakan para kekasih-Nya,” ujar sang teman ketika didesak oleh Shahib untuk bercerita. ”Jika seseorang telah menjadi kekasih Allah, yang gelap terasa terang, yang jauh terasa dekat, yang sulit akan dimudahkan,” tambahnya.

”Kami membaca al-Qur’an setiap hari.” Pengakuan terakhir ini menyadarkan Shahib, bahwa  pasangan itu adalah penghafal al-Quran sejak masih mondok. ”Saat mengambil segenggam pasir, kami selalu membacakan ayat al-Qur’an,” tambah sang teman. Dan di akhir perbincangan, sang teman berpesan: ”Jangan ceritakan rahasia ini kepada siapa pun, sebelum kami meninggal dunia.”

”Saya adalah orang kedua yang mengetahui kisah ini dari penuturan saudara Shahib,” demikian Kiai Abdullah mengakhiri ceritanya. (Sipe)

  • Ahad, 8 Februari 2015 09:06 WIB Mencium Tangan Guru Dianjurkan

    DISKRIPSI MASALAH Salah satu tradisi warga NU ketika bertemu warga NU lainnya mereka berjabat tangan (asalaman). Bahkan tidak hanya sekedar itu, akan tetapi ada pula yang sampai mencium tangan dengan alasan takdzim, apabila yang mereka jumpai adalah orang alim atau gurunya.   PERTANYAAN Bagaimana

  • Ahad, 8 Februari 2015 08:45 WIB Sosialisasi Korporatisasi Garam Rakyat

    Sosialisasi korporatisasi garam rakyat makin gencar dilakukan PBNU. Seperti yang dilakukan hari Sabtu (7-2-2015) di kantor MWC NU Pragaan, Tim sosialisasi bersama Ketua PCNU Sumenep jumpai petani garam rakyat yang ada di MWC NU Pragaan. Dalam arahannya Ketua Tim Rokib Ismail mengatakan bahwa pemerintah akan

  • Ahad, 1 Februari 2015 22:49 WIB NU Pragaan Mulai Gencarkan Info KARTANU

    Jaddung menjadi ranting NU pertama yang didatangi Tim Kartanu MWC NU Pragaan. Setelah pagi harinya membentuk TIM, sore harinya Ahad (1-2-2015) di kediaman KH. Asnawi Sulaiman PP Al-Ihsan Jaddung TIM Kartanu sosialisasikan Kartanu kepada pengurus dan warga yang ikut perkumpulan ranting. Rais Syuriyah KH. Moh.

  • Sabtu, 31 Januari 2015 22:47 WIB PWNU Ajak PCNU Genjot Kartanu Jilid II

    Meskipun sepanjang pagi diguyur hujan, tak menyurutkan PWNU merapat dengan PCNU dan MWC NU se Kabupaten Sumenep, sabtu (31-01-2015). PWNU sebutkan perolehan Kartanu Sumenep baru 17.000. Jumlah ini masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan PCNU lain. Padahal Sumenep potensi kewargaannya kuat. KH.

  • Rabu, 28 Januari 2015 04:06 WIB LPNU Study Pengelolaan Penggemukan Sapi

    Takut keliru dalam memulai usaha penggemukan ternak, pengurus LPNU adakan study awal pendirian kandang komunal, dan pemeliharaan sapi, pada hari Rabu, 28 Januari 2015. Lokasi study  yang dipilih adalah Kelompok Tani di Pamekasan Madura. Kelompok tani ini telah punya banyak pengalaman mengikuti pendidikan

  • Jumat, 23 Januari 2015 04:10 WIB LPNU Pertajam Program Penggemukan Sapi

    Sehari setelah dilantik, Lembaga Perekonomian NU Pragaan langsung tancap gas gelar rapat lanjutan di Kantor MWC NU Pragaan, Jum’at, 23 Januari 2015 M. Rapat yang dimulai pada jam 15.00 Wib ini mempertajam program unggulan LPNU yaitu penggemukan ternak sapi dengan kandang komunal. Penggemukan sapi dengan

  • Kamis, 22 Januari 2015 15:00 WIB NU Aeng Panas Bangkit Adakan Haul Akbar

    Seolah ingin menepis anggapan ranting NU yang mati, pengurus baru Ranting NU Aeng Panas bangkit mengadakan kegiatan rutin bulanan berupa pengajian kitab dan konsolidasi, bergiliran dari rumah pengurus ke rumah pengurus lainnya. Bulan maulid tahun inipun dengan bangga mengadakan Haul Akbar dan Peringatan Maulid

  • Jumat, 3 Januari 2014 00:55 WIB Imam al-Ghazali dan Penjual Daging

    Suatu hari, Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali shalat berjemaah bersama adiknya, Imam Ahmad. Al-Ghazali menjadi imam dan adiknya menjadi makmum. Tapi, di tengah-tengah shalat, Imam Ahmad mufaraqah (memisahkan diri) dan shalat sendirian. "Mengapa engkau mufaraqah" tanya Al-Ghazali

  • Kamis, 2 Januari 2014 11:09 WIB Dua Penambang Pasir

    Pagi itu, masyarakat bergotong-royong menggali tanah. Ada yang menumpuk batu-batu yang berserakan. Ada juga yang membabat semak belukar. Hujan deras yang tadi malam mengguyur kampung kecil itu, menyebabkan areal pemakaman yang terletak di atas bukit mengalami longsor. Makam-makam tua yang terletak di bibir

  • Rabu, 1 Januari 2014 03:59 WIB Ummu Salim, Wanita Maskawin Islam

    Ummu Salim menjadi janda setelah ditinggal minggat oleh Malik, suaminya. Ia bertolak ke Syria setelah mengetahui Rasulullah mengharamkan khamar, minuman keras kesukaannya, dan meninggal di sana dalam sebuah kecelakaan. Maka tinggallah wanita ini bersama seorang putranya, Anas ibn Malik. Ummu Salim kemudian

  • Senin, 23 Desember 2013 20:06 WIB Khadijah Disediakan Rumah Permata di Surga

    Waktu dluha di salah satu sudut kota Makah. Khadijah tengah bercanda ria bersama sahabat-sahabat ciliknya. Tanpa diketahui dari mana datangnya, tahu-tahu muncul seorang Yahudi dan berhenti tepat di depan mereka. Sambil tertawa sejadi-jadinya, si Yahudi berteriak, Telah tiba masa kedatangan nabi terakhir! Siapa

Memuat Data...

Siapkan Identitas
Khusus Warga Kecamatan Pragaan