Tajrid Tingkatan spiritual bagi golongan khos
Asr169x Buletin-khidmah Turats
Kajian Kitab Hikam
??????????? ????????????? ???? ????? ???? ????? ???????? ???? ????????? ?? ???? ???????????????????????
Keinginanmu akan maqam ( kedudukan ) tajrid, padahal Allah menempatkan engkau dalam maqam asbab ( berusaha / iktisab) adalah termasuk syahwat yang samar.
Tajrid adalah maqam (tingkatan) spiritual yang disandang oleh orang-orang khusus dari kalangan muwahhidin (orng-orang yang meng Esakan Allah) dan Arifin (orang-orang yang mengenal kepada Allah). Sedangkan asbab atau iktisab (berusaha) adalah maqam bagi sebagian besar orang-orang awam. Orang-orang yang berada pada maqam asbab ini masih memikirkan kebutuhan hidupnya dan berusaha mencari jalan untuk memenuhi kebutuhannya.
Kedua maqam di atas tanda-tandanya hanya dapat diketahui dengan hati. Bila hati seseorang merasa tenang beribadah sekalipun tanpa berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, berarti dia berada pada maqam tajrid. Apabila dia merasa lebih tenang beribadah sambil berusaha, berarti dia menempati maqam iktisab.
???? ????? ???? ????? ???? ???????? ???? ???? ??????? ????????????? ???????? ?????? ???? ?????? ?? ???????? ????
Sebagian dari tanda bahwa Allah menempatkan engkau pada suatu maqam (kedudukan), Dia melanggengkan kamu dalam maqam tersebut seraya memetik kemanfaatan-kemanfaatan.
Orang yang menempati maqam tajrid disebut al-Mutajarrid, sedangkan orang yang menempati maqam iktisab disebut al-Muktasib atau al-Mutasabbib.
Imam Ahmad ibn ‘Atha’illah as-Sakandari dalam aforismanya (kalam hikmah) di atas menjelaskan bahwa bila kita sudah tenang beribadah sambil berusaha, lalu menghendaki maqam tajrid dengan meninggalkan usaha tersebut, memasrahkan segalanya kepada Allah, dan ingin beribadah tanpa terganggu urusan-urusan duniawi, maka hal itu termasuk bisikan hawa nafsu yang samar. Sebab, kita dianggap tidak mengikuti kehendak Allah, dianggap tidak sopan, dan mengikuti keinginan kita sendiri. Dikatakan samar, karena, pada zhahirnya, keinginan pada maqam tajrid tampak sebagai usaha untuk menyatukan diri dan bertaqarrub kepada Allah, padahal pada hakikatnya untuk mencapai popularitas sebagai wali. Hal ini, pada gilirannya, akan membuat masyarakat berdatangan dan mendekat kepadanya dengan segudang keyakinan bahwa dia telah mencapai tingkat kewalian.
Para‘arif billah mengatakan,
??????? ?? ?????? ?? ???? ??????????? ?????? ????? ???? ????? ??? ????
Berdatangannya orang-orang kepada murid (orang yang menghadap Allah) sebelum sempurna adalah racun mematikan. Sebab, apabila masyarakat berdatangan menghadap padanya, sementara dia belum sempurna, maka tugas-tugas atau wirid-wirid yang semestinya diperhatikan akan terbengkalai dan terabaikan. Hal ini, pada gilirannya, akan membuat dia mengharapkan pemberian orang lain sehingga terputuslah perjalanan spiritualnya di tengah jalan. Na’udzu billah, tsumma na’udzu billah.
Yang benar, hubungan dengan Allah harus sesuai dengan maqam masing-masing. Kalau Allah menempatkan kita pada maqam asbab, ya kita terima dengan senang hati. Begitu pula kalau Allah menempatkan kita pada maqam tajrid, ya kita terima dengan senang hati pula. Yang terpenting, kita tenang beribadah.
??????? ?????? ??????????? ???? ????? ???? ????? ???????? ???? ????????????? ????????? ?? ???? ?????????? ????????????
Dan keinginanmu akan maqam asbab, padahal Allah menempatkanmu pada maqam tajrid adalah sebuah kemunduran dari tekad yang tinggi.
Bila seseorang merasa tenang beribadah dengan tanpa susah payah mencari nafkah ma’isyiyah ( kebutuhan hidup ) karena telah dicukupi oleh Allah, sekalipun pas-pasan, dan dirinya tentram melaksanakan tugas-tugas ibadah, lalu tiba-tiba ingin beribadah sambil berusaha mencari nafkah, itu berarti suatu kemunduran dari tekad yang tinggi untuk wushul (sampai) kepada Allah, terpuruk pada cita-cita rendah. Sebab, pada hakikatnya maqam tajrid itu lebih tinggi daripada maqam asbab. Pada maqam tajrid dia bisa lebih fokus dan lebih konsentrasi melaksanakan tugas-tugas ibadah dan lebih murni mengharap ridha Allah, sehingga keinginan untuk beranjak dari maqam asbab ke maqam tajrid disebut bisikan hawa nafsu yang samar. Sedangkan keinginan untuk pindah dari maqam tajrid ke maqam asbab dikatakan sebuah kemunduran dari tekad yang tinggi, terpuruk pada tekad yang rendah. Dengan kata lain, jatuh dari wilayah yang besar menuju wilayah yang kecil.
Namun perlu dimaklumi bahwa pada hakikatnya kedua maqam tersebut memberi ruang yang sama dalam hal meraih makrifat dan wushul kepada Allah swt . Jadi, tergantung kepada masing masing ‘abid (orang yang beribadah) dan murid atau salik ( orang yang menempuh jalan spiritual untuk wushul kepada Allah ). Yang terpenting, ‘abid dan salik tersebut tekun dan rajin melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana ditentukan gurunya, seperti : shalat, dzikir, dan lain-lain tanpa berpikir untuk beranjak dari satu maqam ke maqam lain.
Sumber Utama :
+ Syarah Hikam Syaikh Abdullah Asysyarqawi
+ Iqohu al-imam fi syarhi al-hikam imam ahmad bin muhammad bin ‘ajiibah