Media Dakwah

BUMIAswaja

Media Dakwah MWCNU Pragaan

Salman al-Farisi, Sang Pencari Kebenaran Sejati

Rabu, 1 Januari 2014 01:48 WIB
186x Buletin-khidmah Uswah

Oleh K. Jamali Salim*


Hari itu kaum muslim tengah bersiap menghadapi Perang Ahzab—dikenal juga dengan sebutan Perang Khandaq. Mereka bekerja keras menggali parit, bermandikan keringat. Nabi menetapkan setiap sepuluh orang menggali lubang empat puluh hasta. Setiap sisi parit diserahkan pada satu kelompok Muhajirin atau Ansar, sehingga keduanya saling bersaing.

Khusu Salman al-Farisi, ia bekerja sendirian. Ia luar biasa, karena kerjanya sebanding dengan kerja sepuluh orang. Karena itu, kelompok Muhajirin berkata, “Salman kelompok kami.” Ia memang pendatang di Madinah, seperti mereka.

Tapi, kelompok Ansar tak kalah saing. Mereka juga berteriak, “Salman kelompok kami.” Sebab, ia sudah di Madinah sebelum peristiwa hijrah.

Sejak itulah nama Salman al-Farisi berkibar.

Salman al-Farisi orang Persia (Iran) dari Asfahan, tepatnya dari desa Jey. Ayahnya seorang tokoh Majusi. Salman sendiri aktif sebagai abdi penyala api yang mereka sembah.

Suatu hari, waktu keluar dari rumah dan berjalan melewati gereja, ia mendengar suara umat Kristen bersembahyang. Ia pun masuk. “Demi Allah, ini lebih baik dibanding agama kami,” batinnya.

Sejak itu ia berusaha pergi dari rumah untuk bergabung dengan rombongan kristiani menuju Syria. Di sana ia langsung tinggal bersama pimpinan gereja. Tapi, ia kecewa karena ternyata pimpinan gereja itu jahat. Ia menyuruh orang-orang bersedekah, tetapi setelah terkumpul, sedekah itu disimpannya sendiri, tidak disalurkan kepada fakir miskin.

Setelah meninggal, pimpinan gereja digantikan digantikan oleh seorang lelaki sempurna: rajin shalat, zuhud, santun, dan mencintai akhirat. Sebelum wafat, ia berpesan kepada Salman untuk pergi ke Mushil menemui satu-satunya orang saleh yang masih teguh memegang agama.

Salman menemui orang saleh itu dan tinggal bersamanya. Menjelang wafat, ia berpesan agar Salman menemui orang saleh di Nasben—salah satu kota di Jazirah. Setelah ia wafat Salman pergi menemui orang itu dan tinggal bersamanya.

Sepeninggal orang saleh di Nasben itu Salman pergi ke Amoria untuk menemui orang saleh lain di sana. Di tempat baru ini Salman tinggal cukup lama. Ia bekerja sampai mempunyai beberapa ekor kambing dan sapi. Dari orang saleh ini, Salman menerima pesan, “Tak lama lagi akan muncul seorang nabi yang diutus menyampaikan agama Ibrahim. Ia berasal dari bumi Arab, lalu hijrah ke sebuah tempat antara dua bumi berbatu hitam. Tempat itu berjejal pohon kurma. Tanda-tandanya jelas; ia makan hadiah, bukan sedekah (zakat), di antara kedua pundaknya terdapat cap kenabian. Jika kamu mampu, pergilah  ke negeri itu!”

Ketika melihat sekelompok saudagar bergerak ke Arab, Salman ikut. Tapi, setiba di W?d al-Qur?—lembah antara Madinah dan Syria—mereka menjual Salman sebagai budak kepada seorang Yahudi. Kemudian ia dijual lagi Yahudi dari Bani Qurayzhah. Di tempat baru ini Salman menyaksikan apa dilukiskan saleh Amoria itu.

Suatu hari, ketika berada di atas pohon kurma, seseorang datang menemui majikannya sambil menyumpah-nyumpah. “Binasalah Bani Qaylah—Aus dan Khazraj. Saat ini mereka tengah berkumpul di Qub?’ untuk menyambut seorang lelaki dari Madinah yang mereka anggap nabi.”

Mendengar penuturan itu Salman gemetar dan hampir saja ia terjatuh dari pohon kurma itu. Ia bergegas turun. “Apa kamu bilang?” tanyanya penasaran.

“Hei, Budak, apa urusanmu? Selesaikan pekerjaanmu,” sang majikan marah.

Sorenya, diam-diam Salman bergerak ke Quba. Ia sodorkan makanan ke hadapan Nabi sambil berkata, “Ini sedekah untukmu, maknlah!”

Nabi menyuruh sahabat menyantap makanan itu, sementara beliau sendiri tidak menyentuhnya. “Satu,” batin Salman.

Setelah Nabi tiba di Madinah, Salman datang lagi membawa makanan untuk beliau, “Ini hadiah untukmu.”

Nabi langsung makan dan memerintahkan para sahabat menyantapnya bersama beliau. “Dua,” batinnya lagi.

Untuk yang ketiga kalinya Salman berkunjung kepada Rasulullah. Saat itu beliau sedang di Baq?’ al-Gharqad—pekuburan penduduk Madinah—mengantarkan jenazah salah serang sahabat beliau. Duduk di tengah-tengah para sahabat, beliau mengenakan dua lembar jubah. Setelah memberi salam Salman minta beliau membelakangi untuk melihat adakah tanda di punggung beliau seperti yang diceritakan orang saleh Amoria itu. Rupanya beliau mengerti dan langsung melepas jubah dari punggungnya. Begitu melihat tanda kenabian itu, Salman menciumnya dengan haru. Air matanya berlinang, tak kuasa menahan sedu.

Itulah Salam al-Farisi, sang pencari kebenaran sejati. Kelak setelah menebus diri dan bebas dari status budak, Salman gigih membela Islam dalam berbagai pertempuran. Pada masa pemerintahan Umar ibn al-Khaththab ia ditunjuk menjadi gubernur di Madain, Persia. Namun begitu, ia tetap zuhud. Ketika berkunjung ke rumahnya sebelum wafat pada 8 Shafar 35 H., Sa‘d ibn Abi Waqqash menuturkan “Tak ada yang kulihat di rumahnya selain satu piring dan sebuah baskom air.” Padahal, ia seorang gubernur!

 

*K. Jamali Salim,


  sekretaris MWC NU Pragaan dan staf ahli Buletin Khidmah

  • Ahad, 8 Februari 2015 09:06 WIB Mencium Tangan Guru Dianjurkan

    DISKRIPSI MASALAH Salah satu tradisi warga NU ketika bertemu warga NU lainnya mereka berjabat tangan (asalaman). Bahkan tidak hanya sekedar itu, akan tetapi ada pula yang sampai mencium tangan dengan alasan takdzim, apabila yang mereka jumpai adalah orang alim atau gurunya.   PERTANYAAN Bagaimana

  • Ahad, 8 Februari 2015 08:45 WIB Sosialisasi Korporatisasi Garam Rakyat

    Sosialisasi korporatisasi garam rakyat makin gencar dilakukan PBNU. Seperti yang dilakukan hari Sabtu (7-2-2015) di kantor MWC NU Pragaan, Tim sosialisasi bersama Ketua PCNU Sumenep jumpai petani garam rakyat yang ada di MWC NU Pragaan. Dalam arahannya Ketua Tim Rokib Ismail mengatakan bahwa pemerintah akan

  • Ahad, 1 Februari 2015 22:49 WIB NU Pragaan Mulai Gencarkan Info KARTANU

    Jaddung menjadi ranting NU pertama yang didatangi Tim Kartanu MWC NU Pragaan. Setelah pagi harinya membentuk TIM, sore harinya Ahad (1-2-2015) di kediaman KH. Asnawi Sulaiman PP Al-Ihsan Jaddung TIM Kartanu sosialisasikan Kartanu kepada pengurus dan warga yang ikut perkumpulan ranting. Rais Syuriyah KH. Moh.

  • Sabtu, 31 Januari 2015 22:47 WIB PWNU Ajak PCNU Genjot Kartanu Jilid II

    Meskipun sepanjang pagi diguyur hujan, tak menyurutkan PWNU merapat dengan PCNU dan MWC NU se Kabupaten Sumenep, sabtu (31-01-2015). PWNU sebutkan perolehan Kartanu Sumenep baru 17.000. Jumlah ini masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan PCNU lain. Padahal Sumenep potensi kewargaannya kuat. KH.

  • Rabu, 28 Januari 2015 04:06 WIB LPNU Study Pengelolaan Penggemukan Sapi

    Takut keliru dalam memulai usaha penggemukan ternak, pengurus LPNU adakan study awal pendirian kandang komunal, dan pemeliharaan sapi, pada hari Rabu, 28 Januari 2015. Lokasi study  yang dipilih adalah Kelompok Tani di Pamekasan Madura. Kelompok tani ini telah punya banyak pengalaman mengikuti pendidikan

  • Jumat, 23 Januari 2015 04:10 WIB LPNU Pertajam Program Penggemukan Sapi

    Sehari setelah dilantik, Lembaga Perekonomian NU Pragaan langsung tancap gas gelar rapat lanjutan di Kantor MWC NU Pragaan, Jum’at, 23 Januari 2015 M. Rapat yang dimulai pada jam 15.00 Wib ini mempertajam program unggulan LPNU yaitu penggemukan ternak sapi dengan kandang komunal. Penggemukan sapi dengan

  • Kamis, 22 Januari 2015 15:00 WIB NU Aeng Panas Bangkit Adakan Haul Akbar

    Seolah ingin menepis anggapan ranting NU yang mati, pengurus baru Ranting NU Aeng Panas bangkit mengadakan kegiatan rutin bulanan berupa pengajian kitab dan konsolidasi, bergiliran dari rumah pengurus ke rumah pengurus lainnya. Bulan maulid tahun inipun dengan bangga mengadakan Haul Akbar dan Peringatan Maulid

  • Jumat, 3 Januari 2014 00:55 WIB Imam al-Ghazali dan Penjual Daging

    Suatu hari, Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali shalat berjemaah bersama adiknya, Imam Ahmad. Al-Ghazali menjadi imam dan adiknya menjadi makmum. Tapi, di tengah-tengah shalat, Imam Ahmad mufaraqah (memisahkan diri) dan shalat sendirian. "Mengapa engkau mufaraqah" tanya Al-Ghazali

  • Kamis, 2 Januari 2014 11:09 WIB Dua Penambang Pasir

    Pagi itu, masyarakat bergotong-royong menggali tanah. Ada yang menumpuk batu-batu yang berserakan. Ada juga yang membabat semak belukar. Hujan deras yang tadi malam mengguyur kampung kecil itu, menyebabkan areal pemakaman yang terletak di atas bukit mengalami longsor. Makam-makam tua yang terletak di bibir

  • Rabu, 1 Januari 2014 03:59 WIB Ummu Salim, Wanita Maskawin Islam

    Ummu Salim menjadi janda setelah ditinggal minggat oleh Malik, suaminya. Ia bertolak ke Syria setelah mengetahui Rasulullah mengharamkan khamar, minuman keras kesukaannya, dan meninggal di sana dalam sebuah kecelakaan. Maka tinggallah wanita ini bersama seorang putranya, Anas ibn Malik. Ummu Salim kemudian

  • Senin, 23 Desember 2013 20:06 WIB Khadijah Disediakan Rumah Permata di Surga

    Waktu dluha di salah satu sudut kota Makah. Khadijah tengah bercanda ria bersama sahabat-sahabat ciliknya. Tanpa diketahui dari mana datangnya, tahu-tahu muncul seorang Yahudi dan berhenti tepat di depan mereka. Sambil tertawa sejadi-jadinya, si Yahudi berteriak, Telah tiba masa kedatangan nabi terakhir! Siapa

Memuat Data...

Siapkan Identitas
Khusus Warga Kecamatan Pragaan