Media Dakwah

BUMIAswaja

Media Dakwah MWCNU Pragaan

Revitalisasi Pendidikan

Rabu, 1 Januari 2014 03:36 WIB
320x Buletin-khidmah Gagasan

(Menumbuhkembangkan Kecintaan terhadap Pendidikan Agama)

Memanusiakan manusia. Inilah mungkin definisi pendidikan yang kiranya tidak usah diperdebatkan. Semua tokoh pendidikan—dari Muhammad Natsir sampai tokoh pendidikan saat ini—seakan meng-iya-kan pemaknaan pendidikan tersebut. Manusia harus menemukan jati dirinya sebagai manusia yang sesungguhnya sehingga ia betul-betul menjadi manusia anfa’uhum li al-nas (paling maksimal memberi manfaat kepada masyarakat).

Dari sini sudah bisa dibaca, pendidikan merupakan satu-satunya garda depan yang diyakini sebagai malaikat penyelamat terhadap kelana panjang manusia itu sendiri. Maka, jangan disalahkan kalau kemudian manusia tanpa pendidikan akan menemukan kegelapan masa depan.

Namun demikian, pendidikan tidak selamanya mendapat tempat di hati masyarakat luas. Hal ini disebabkan banyaknya out put pendidikan yang terbukti tidak berkualitas dan jauh dari harapan. Ditambah lagi dengan praktik-praktik militerisme yang kerap kali  terjadi dalam dunia pendidikan. Bahkan, praktik “najis” yang kerap kali dilakukan oknum pendidikan menjadi referensi utama masyarakat untuk mengatakan bahwa pendidikan telah gagal total. Ada yang salah dengan pendidikan?

Sulit meng-iya-kan, sulit menyangkal. Fakta dan realita menjadi bukti vital mengenai kejanggalan-kejanggalan dalam dunia pendidikan. Dari potret buram pendidikan itu mungkin pihak pemain pendidikan dituntut untuk sering melakukan evalusi dan introspeksi, hingga kemudian akan ditemukan titik permasalahan dan solusi jitunya.

Dari itu semua, nampaknya ada satu solusi untuk sedikit mengurangi kejanggalan tersebut. Yaitu, menjadikan bidang studi agama sebagai satu-satunya materi utama dan diutamakan sekaligus memberikan rangsangan baru terhadap anak didik untuk bersemangat dalam mengikuti materi tersebut.

Memang agak lucu melihat kurikulum di sekolah negeri ataupun swasta, alokasi waktu untuk materi agama sangatlah minim. Di sekolah negeri, materi agama hanya mendapat jatah 2 jam dalam seminggu, sehingga mereka yang terlanjur memilih sekolah negeri sebagai tempat melabuhkan dan mencurahkan masa depan sama sekali tidak mempunyai kemampuan materi agama.

Lebih lucu lagi, sekolah swasta yang katanya menjadi patner Kemenag, ternyata ikut-ikutan meminimalkan alokasi waktu pelajaran agama. Bayangkan, lembaga yang murid-muridnya seharusnya lebih unggul pengetahuan agamanya dibandingkan mereka yang bersekolah di lembaga yang tidak menggunakan simbol Islam, hanya menyediakan waktu 3-4 jam perminggu untuk materi agama.

Alokasi waktu di atas semakin diperparah dengan keberadaan guru agama yang tidak mempunyai kompetensi utuh di bidang  agama, sehingga dikhawatirkan guru yang bersangkutan akan memberikan konsep-konsep yang salah terkait dengan materi yang diampunya.

Abudin Nata (2000) menyatakan bahwa kurangnya pertumbuhan dan perkembangan ilmu pendidikan Islam itu tampaknya bukan hanya terjadi pada masa sekarang, tetapi juga pada masa lampau. Sejak dulu hingga sekarang belum banyak pakar dan ulama Islam yang meneliti masalah pendidikan Islam. Kondisi seperti itu, kata Abudin Nata, harus segera diatasi dengan cara menumbuhkan dan mengembangkan ilmu pendidikan Islam melalui serangkaian kajian dan penelitian.

Alokasi waktu 3-4 jam perminggu tidaklah cukup, apalagi peserta didik tidak begitu jreng mengikuti materi agama karena dianggap materi klasik yang tidak menjanjikan masa depan. Sungguh, sebuah alokasi waktu yang tidak adil terhadap materi agama.

Padahal, betapa pentingnya pendidikan agama. Sampai-sampai beberapa tokoh terkenal mencoba menawarkan pemikiran agar minimnya pendidikan agama di lembaga pendidikan formal dikritisi ulang.

Terkait dengan materi agama, khususnya yang berhubungan dengan moralitas, Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus dipelajari dalam rangka pembentukan moral anak didik ke depan. Di antaranya, kepada anak didik harus diajarkan bukan hanya hal-hal yang berkenaan dengan kebutuhan fisik, tetapi lebih-lebih yang berhubungan dengan kebutuhan mental.

Sementara Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa mengajarkan ilmu kepada seseorang merupakan sedekah para nabi. Menuntut ilmu merupakan ibadah . Memahaminya secara mendalam merupakan bentuk ketaqwaan kepada Allah. Mengkajinya adalah jihad. Dan, mendiskusikannya merupakan tasbih.

Kedepan, tantangan akan semakin dahsyat. Dibutuhkan segala macam cara untuk menghadang laju tantangan tersebut. Dan, menanamkan pendidikan agama terhadap anak didik sejak dini merupakan satu di antara beberapa amunisi yang diyakini sangat ampuh.

  • Ahad, 8 Februari 2015 09:06 WIB Mencium Tangan Guru Dianjurkan

    DISKRIPSI MASALAH Salah satu tradisi warga NU ketika bertemu warga NU lainnya mereka berjabat tangan (asalaman). Bahkan tidak hanya sekedar itu, akan tetapi ada pula yang sampai mencium tangan dengan alasan takdzim, apabila yang mereka jumpai adalah orang alim atau gurunya.   PERTANYAAN Bagaimana

  • Ahad, 8 Februari 2015 08:45 WIB Sosialisasi Korporatisasi Garam Rakyat

    Sosialisasi korporatisasi garam rakyat makin gencar dilakukan PBNU. Seperti yang dilakukan hari Sabtu (7-2-2015) di kantor MWC NU Pragaan, Tim sosialisasi bersama Ketua PCNU Sumenep jumpai petani garam rakyat yang ada di MWC NU Pragaan. Dalam arahannya Ketua Tim Rokib Ismail mengatakan bahwa pemerintah akan

  • Ahad, 1 Februari 2015 22:49 WIB NU Pragaan Mulai Gencarkan Info KARTANU

    Jaddung menjadi ranting NU pertama yang didatangi Tim Kartanu MWC NU Pragaan. Setelah pagi harinya membentuk TIM, sore harinya Ahad (1-2-2015) di kediaman KH. Asnawi Sulaiman PP Al-Ihsan Jaddung TIM Kartanu sosialisasikan Kartanu kepada pengurus dan warga yang ikut perkumpulan ranting. Rais Syuriyah KH. Moh.

  • Sabtu, 31 Januari 2015 22:47 WIB PWNU Ajak PCNU Genjot Kartanu Jilid II

    Meskipun sepanjang pagi diguyur hujan, tak menyurutkan PWNU merapat dengan PCNU dan MWC NU se Kabupaten Sumenep, sabtu (31-01-2015). PWNU sebutkan perolehan Kartanu Sumenep baru 17.000. Jumlah ini masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan PCNU lain. Padahal Sumenep potensi kewargaannya kuat. KH.

  • Rabu, 28 Januari 2015 04:06 WIB LPNU Study Pengelolaan Penggemukan Sapi

    Takut keliru dalam memulai usaha penggemukan ternak, pengurus LPNU adakan study awal pendirian kandang komunal, dan pemeliharaan sapi, pada hari Rabu, 28 Januari 2015. Lokasi study  yang dipilih adalah Kelompok Tani di Pamekasan Madura. Kelompok tani ini telah punya banyak pengalaman mengikuti pendidikan

  • Jumat, 23 Januari 2015 04:10 WIB LPNU Pertajam Program Penggemukan Sapi

    Sehari setelah dilantik, Lembaga Perekonomian NU Pragaan langsung tancap gas gelar rapat lanjutan di Kantor MWC NU Pragaan, Jum’at, 23 Januari 2015 M. Rapat yang dimulai pada jam 15.00 Wib ini mempertajam program unggulan LPNU yaitu penggemukan ternak sapi dengan kandang komunal. Penggemukan sapi dengan

  • Kamis, 22 Januari 2015 15:00 WIB NU Aeng Panas Bangkit Adakan Haul Akbar

    Seolah ingin menepis anggapan ranting NU yang mati, pengurus baru Ranting NU Aeng Panas bangkit mengadakan kegiatan rutin bulanan berupa pengajian kitab dan konsolidasi, bergiliran dari rumah pengurus ke rumah pengurus lainnya. Bulan maulid tahun inipun dengan bangga mengadakan Haul Akbar dan Peringatan Maulid

  • Kamis, 2 Januari 2014 11:01 WIB Fiqh Luar Angkasa

    Sungguh mengagumkaaan, tahun 2000. Begitulah lirik terakhir sebuah qasidah yang sangat populer pada dekade 1990-an. Pembaca Khidmah yang lahir pada dekade tersebut, tentu akrab dengan lagu Nasida Ria ini. Apa yang digambarkannya, kini menjadi kenyataan. Ya, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masa

  • Rabu, 1 Januari 2014 03:36 WIB Revitalisasi Pendidikan

    (Menumbuhkembangkan Kecintaan terhadap Pendidikan Agama) Memanusiakan manusia. Inilah mungkin definisi pendidikan yang kiranya tidak usah diperdebatkan. Semua tokoh pendidikandari Muhammad Natsir sampai tokoh pendidikan saat iniseakan meng-iya-kan pemaknaan pendidikan tersebut. Manusia harus menemukan jati

  • Selasa, 31 Desember 2013 10:36 WIB Mengais Barokah di Negeri Seberang

    Pada saat itulah aku, Arai dan Jimbon mengkristalkan harapan agung kami dalam satu statement yang sangat ambisius: cita-cita kami adalah ingin ke Prancis! Ingin menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. Bagi Anda yang pernah membaca novel Sang Pemimpi

Memuat Data...

Siapkan Identitas
Khusus Warga Kecamatan Pragaan