Media Dakwah

BUMIAswaja

Media Dakwah MWCNU Pragaan

Perempuan di Ranah Publik

Rabu, 1 Januari 2014 01:51 WIB
367x Buletin-khidmah Muslimah

Hasbunia Helmah*

Dunia harus berterima kasih kepada Islam. Berkat Islam, perempuan terselamatkan—selamat dalam arti seluas-luasnya. Menurut Dr. Yusuf al-Qaradhawi, ketika Islam datang, dunia menggenggam wanita dalam tiga sudut pandang. Pertama, pandangan yang sama sekali tidak mengakui eksistensi wanita sebagai manusia. Wanita dipandang bukan manusia. Ia sejenis iblis yang hanya akan mengganggu kehidupan di bumi.

Kedua, pandangan yang meragukan apakah wanita itu manusia atau bukan. Wanita tidak memiliki status yang jelas dan pasti. Ia makhluk setengah manusia setengah hewan.

Ketiga, pandangan yang mengakui eksistensi wanita sebagai manusia, tapi sebatas sebagai pelayan laki-laki. Peran wanita tak lebih dari sebatas babu yang melayani kebutuhan manusia sekaligus sebagai teman tidur dan tempat menitipkan benih untuk kelangsungan hidup kaum laki-laki.

Islam datang untuk menghancurkan ketiga bentuk pandangan di atas. Dalam pandangan Islam, wanita—dalam hal-hal tertentu—setara dengan, atau bahkan lebih unggul dibanding, laki-laki. Wanita tak hanya diakui sebagai ibu yang memiliki kedudukan agung dan terhormat, sebagai individu yang memiliki hak dan kewajiban khusus, tapi juga sebagai komponen masyarakat yang memikul tanggung jawab menciptakan kehidupan yang maju, harmonis, dan beradab. Allah menyebut tanggung jawab sosial ini sebagai amar makruf nahi mungkar.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Dalam ayat di atas laki-laki dan perempuan disebutkan sejajar dalam satu garis keimanan, diseru untuk saling tolong dalam aksi amar makruf nahi mungkar. Juga saling tegur untuk meluruskan. Pernah ketika Umar ibn al-Khaththab berceramah di atas mimbar masjid, tiba-tiba seorang wanita menegurnya. Dia katakan bahwa apa yang disampaikan Umar dalam ceramahnya waktu itu keliru. Dan, Umar dengan terbuka mengakui, “Wanita itu benar dan Umar salah!”

Kasus Umar ini menunjukkan bahwa pada masa itu wanita dibiarkan pergi ke masjid untuk mengikuti pengajian atau untuk shalat. Bahkan, tak hanya menjadi pendengar pasif tanpa sikap kritis, mereka juga mengajukan pendapat dan pandangan berbeda. Tentu, wanita yang menegur itu memiliki ilmu yang mumpuni dan pandangan yang luas. Lebih dari itu, ia juga mempunyai keberanian. Tanpa kapasitas ilmu yang memadai serta wawsan yang luas, bagaimana mungkin ia berani menyampaikan teguran langsung kepada Umar?

Asma’ bint Yazid, atau biasa dipanggil Ummu Salamah, adalah juru bicara kaum wanita pada masa Rasulullah. Suatu hari ia menghadap Rasulullah yang sedang duduk bersama sahabat. Diutarakannya apa yang menjadi unek-unek menyangkut hak istimewa kaum laki-laki. Ia protes karena ia dan kaum wanita sesamanya tidak diberi kesempatan ikut berperang, tidak diberi kebebasan bergaul dan berkumpul sebagaimana kaum laki-laki.

Rasulullah menjawab, “Pergilah, Asma’! Katakan kepada kepada semua wanita, jika kalian patuh kepada suami, mencari rida dan petunjuknya, maka kalian memperoleh pahala seperti pahala kaum laki-laki yang kausebutkan tadi.”

Beberapa hal yang bisa kita petik dari peristiwa Asma’ di atas, pertama bahwa pada masa Nabi kaum wanita sudah biasa berkumpul dan membicarakan persoalan-persoalan keagamaan—dan tidak menutup kemungkinan juga menyinggung masalah-masalah sosial.

Kedua, wanita yang sudah kawin yang ingin terjun ke ranah publik untuk tujuan amar makruf nahi mungkar mesti mendapat persetujuan suaminya. Ini penting mengingat wanita mempunyai kewajiban-kewajiban khusus di ranah keluarga, baik terhadap suami maupun anak-anaknya. Dan, tentu saja kesepahaman dengan suami menyangkut hal ini perlu dibangun secara kokoh sehingga tidak menimbulkan efek buruk semisal retaknya kehidupan rumah tangga. Di sinilah titik penting kerja sama dan tolong-menolong antara orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagaimana ditegaskan dalam ayat di atas.

*Hasbunia Helmah, ibu rumah tangga, tinggal di Jaddung.

  • Ahad, 8 Februari 2015 09:06 WIB Mencium Tangan Guru Dianjurkan

    DISKRIPSI MASALAH Salah satu tradisi warga NU ketika bertemu warga NU lainnya mereka berjabat tangan (asalaman). Bahkan tidak hanya sekedar itu, akan tetapi ada pula yang sampai mencium tangan dengan alasan takdzim, apabila yang mereka jumpai adalah orang alim atau gurunya.   PERTANYAAN Bagaimana

  • Ahad, 8 Februari 2015 08:45 WIB Sosialisasi Korporatisasi Garam Rakyat

    Sosialisasi korporatisasi garam rakyat makin gencar dilakukan PBNU. Seperti yang dilakukan hari Sabtu (7-2-2015) di kantor MWC NU Pragaan, Tim sosialisasi bersama Ketua PCNU Sumenep jumpai petani garam rakyat yang ada di MWC NU Pragaan. Dalam arahannya Ketua Tim Rokib Ismail mengatakan bahwa pemerintah akan

  • Ahad, 1 Februari 2015 22:49 WIB NU Pragaan Mulai Gencarkan Info KARTANU

    Jaddung menjadi ranting NU pertama yang didatangi Tim Kartanu MWC NU Pragaan. Setelah pagi harinya membentuk TIM, sore harinya Ahad (1-2-2015) di kediaman KH. Asnawi Sulaiman PP Al-Ihsan Jaddung TIM Kartanu sosialisasikan Kartanu kepada pengurus dan warga yang ikut perkumpulan ranting. Rais Syuriyah KH. Moh.

  • Sabtu, 31 Januari 2015 22:47 WIB PWNU Ajak PCNU Genjot Kartanu Jilid II

    Meskipun sepanjang pagi diguyur hujan, tak menyurutkan PWNU merapat dengan PCNU dan MWC NU se Kabupaten Sumenep, sabtu (31-01-2015). PWNU sebutkan perolehan Kartanu Sumenep baru 17.000. Jumlah ini masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan PCNU lain. Padahal Sumenep potensi kewargaannya kuat. KH.

  • Rabu, 28 Januari 2015 04:06 WIB LPNU Study Pengelolaan Penggemukan Sapi

    Takut keliru dalam memulai usaha penggemukan ternak, pengurus LPNU adakan study awal pendirian kandang komunal, dan pemeliharaan sapi, pada hari Rabu, 28 Januari 2015. Lokasi study  yang dipilih adalah Kelompok Tani di Pamekasan Madura. Kelompok tani ini telah punya banyak pengalaman mengikuti pendidikan

  • Jumat, 23 Januari 2015 04:10 WIB LPNU Pertajam Program Penggemukan Sapi

    Sehari setelah dilantik, Lembaga Perekonomian NU Pragaan langsung tancap gas gelar rapat lanjutan di Kantor MWC NU Pragaan, Jum’at, 23 Januari 2015 M. Rapat yang dimulai pada jam 15.00 Wib ini mempertajam program unggulan LPNU yaitu penggemukan ternak sapi dengan kandang komunal. Penggemukan sapi dengan

  • Kamis, 22 Januari 2015 15:00 WIB NU Aeng Panas Bangkit Adakan Haul Akbar

    Seolah ingin menepis anggapan ranting NU yang mati, pengurus baru Ranting NU Aeng Panas bangkit mengadakan kegiatan rutin bulanan berupa pengajian kitab dan konsolidasi, bergiliran dari rumah pengurus ke rumah pengurus lainnya. Bulan maulid tahun inipun dengan bangga mengadakan Haul Akbar dan Peringatan Maulid

  • Jumat, 3 Januari 2014 00:34 WIB Rahasia Masa ?Iddah

    Dalam ajaran Islam, wanita yang telah bercerai atau ditinggal mati oleh suaminya, diharuskan melakukan masa tunggu selama beberapa waktu, sebelum menikah lagi dengan lelaki lain. Dalam istilah fiqh, masa tunggu tersebut dinamakan iddah. Kewajiban iddah didasarkan pada Al-Quran surat At-Thalaq ayat 4, yang

  • Rabu, 1 Januari 2014 04:01 WIB Titik Temu Peran Laki-laki dan Perempuan

    Oleh Rasinah, S.Ag.   Islam mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, bukan pembedaan (discrimination). Perbedaan tersebut bersifat biologis yang tidak dimaksudkan untuk memuliakan yang satu dan merendahkan yang lain. Ajaran Islam tidak secara skematis membedakan

  • Rabu, 1 Januari 2014 01:51 WIB Perempuan di Ranah Publik

    Hasbunia Helmah* Dunia harus berterima kasih kepada Islam. Berkat Islam, perempuan terselamatkanselamat dalam arti seluas-luasnya. Menurut Dr. Yusuf al-Qaradhawi, ketika Islam datang, dunia menggenggam wanita dalam tiga sudut pandang. Pertama, pandangan yang sama sekali tidak mengakui eksistensi wanita

  • Selasa, 24 Desember 2013 09:38 WIB Pakai Jilbab, Baju Ketat

    Oleh Muthmainnah Imran*)     Si Nina, anak kota yang dulu suka pakai rok pendek atau celana mini dengan kaos lengan pendek, sekarang sudah berjilbab dengan celana panjang pressbody, dipadu kemeja lengan pendek tapi pakai hand dekker atau manset untuk menutupi lengannya. Kelihatan cantik dan

  • Senin, 23 Desember 2013 20:17 WIB Mendidik si Buah Hati

    Salah satu tujuan pernikahan adalah memiliki keturunan (anak), dantentunyayang diharapkan adalah keturunan yang shalih dan shalihah. Untuk membentuk keturunan shalih-shalihah, kita harus mendidik anak sesuai fase perkembangannya. Ada 3 (tiga) fase perkembangan anak: 7 tahun pertama, layani anak seperti

Memuat Data...

Siapkan Identitas
Khusus Warga Kecamatan Pragaan