Obat Segala Maksiat
Asr295x Buletin-khidmah Resensi
Arieza Qonita*
Judul buku : Tobat Itu Nikmat
Penulis : Asy’ari Khatib
Penerbit : Zaman
Cetakan I : Januari, 2013
Tebal : 180 halaman
Â
Sejak awal penciptaan, manusia telah memendam potensi melakukan kesalahan dan kemaksiatan. Belum seberapa lama menghirup kemanjaan surga, Adam, bapak segenap manusia, sudah harus menerima hukuman Tuhan akibat kemaksiatannya. Ia tak mampu mengekang hasrat untuk mencicipi buah yang dilarang Tuhan. Tuhan pun murka, lalu Adam diturunkan ke dunia. Dan, rupanya ‘bakat’ bermaksiat ini mengalir secara turun-temurun ke segenap anak cucunya, hingga detik ini, sehingga tak satu pun manusia yang terbebas dari dosa, sekecil apa pun.
Ibarat penyakit, jika dosa tak segera diobati, ia akan terus berkembang biak dan merusak kehidupan kita. Hati kita akan terus digerogoti sampai menjadi bak sebatang pohon kering yang tak memberi manfaat kebaikan apa pun dan kepada siapa pun. Bahkan, bisa-bisa ia menghancurkan dan membinasakan dirinya sendiri.
Tetapi, untunglah Allah selalu memberi solusi untuk semua masalah yang dihadapi hamba-Nya. Nabi bersabda, “Setiap penyakit ada obatnya.” Dan setiap dosa ada tobatnya.
Bagi mereka yang mau bertobat, Allah menyediakan pintu khusus yang memiliki lebar tujuh puluh (dalam riwayat lain, empat puluh) perjalanan kaki dan tidak akan ditutup hingga Hari Kiamat. Jika manusia mau bertobat, Allah akan menyambutnya dengan hangat dan gembira melebihi kegembiraan seorang hamba yang berhasil meraih apa yang diidam-idamkannya. Allah memberi kita kesempatan bertobat sebelum nyawa kita sampai di tenggorokan (sakaratul maut). Jika semudah ini, masihkah kita tak ingin bertobat, sementara Allah mencintai orang-orang yang bertobat? Bukankah bersama-Nya kita ingin berkumpul kelak?
Buku Tobat Itu Nikmat merupakan kumpulan kisah para petobat, yang awalnya hidup berlumur dosa. Tapi, berkat rahmat Allah, mereka menemukan pintu tobat yang kemudian mengantarkan mereka menyambut kematian dengan senyuman dan hidangan kebahagiaan dari Tuhan. Ada kisah pemuda maksiat yang mati sebagai wali Allah (hal. 60). Ada kisah Imam Hasan al-Bashri yang menemukan pintu tobat setelah tergoda sepasang mata perempuan (hal. 66). Ada kisah Ja’far, tetangga ibn Hanbal, yang menutup lembar kemaksiatannya lantaran bermimpi didoakan Rasulullah (hal. 114). Ada juga kisah Maryamah al-Majdaliyyah, pelacur yang ketika tobatnya ditolak semua orang dan hendak dirajam, ia dibela oleh Nabi Isa dengan berkata, “Siapa di antara kalian merasa tak punya dosa, ayo rajamlah wanita ini!” Ada kisah seorang pemuda yang setiap hari berbuat dosa dan mencatatnya dalam buku harian. Begitu ia bertobat, terhapuslah semua catatan dosa dalam buku hariannya itu (hal. 44). Dan, banyak lagi kisah inspiratif lain sejak umat Nabi Musa, sahabat Rasulullah, hingga kaum saleh lain yang hidup belakangan, laki-laki maupun perempuan, yang dibukakan jalan oleh Allah menuju pintu pertobatan.
Seolah ingin mempertegas nilai tobat yang disajikan, di akhir setiap kisah penulis membubuhkan hadis atau perkataan kaum saleh yang berhubungan dengan pertobatan. Saya kutipkan satu di antaranya. “Ada empat perkara yang diberikan Allah kepada umat Muhammad, dan tidak diberikan kepadaku. Pertama, tobatku diterima di Makkah, tobat umat Muhammad diterima di mana saja. Kedua, sebelum bermaksiat aku berpakaian, tapi setelah bermaksiat aku ditelanjangkan. Sementara umat Muhammad bermaksiat telanjang, setelah itu tetap berpakaian. Ketiga, setelah bermaksiat aku dipisahkan dari istriku, umat Muhammad tidak. Keempat, aku bermaksiat di surga lalu dikeluarkan ke dunia, umat Muhammad bermaksiat di dunia lalu dimasukkan ke surga” (hal. 65).
Daya pikat lain dari buku mungil ini adalah gaya tuturnya yang hidup dan memesona. Ceritanya lancar dengan dialog-dialog segar. Layaknya membaca cerita sastra, sekali kita terlanjur memulai, sulit untuk berhenti. Ini tentu tak lepas dari sang penulisnya yang memang pencinta sastra.
Membaca buku ini, kita tak hanya mendapat kesejukan isi, tetapi juga kesegaran bahasa. Lewat buku ini penulis menyampaikan pesan tersirat, bahwa “Tak ada dosa besar jika disertai istighfar, tak ada dosa kecil jika dikerjakan terus-menerus,” dan bahwa siapa pun akan diampuni Allah jika ia mau bertobat. Semoga kita termasuk orang yang diberi kesemparan oleh Allah untuk mencecap betapa tobat itu benar-benar nikmat!
Â
*siswi kelas XI IPS Madrasah Aliyah I Putri Annuqayah
Guluk-guluk Sumenep Madura