Mengejar Mimpi di Negeri Orang
esoftHMD193x Buletin-khidmah Fenomena
Bagian II (habis)
Oleh Muhammad As’ad
Santri Tebuireng dan Universitas Leiden Belanda
“Horee, TOEFL-ku sudah 550...! Berarti aku bisa berangkat ke luar negeri, dong.”
Eiit, jangan gembira dulu kawan! Nilai TOEFL itu baru modal pertama. Masih banyak lho yang harus kita perjuangkan. Ibarat melakukan perjalanan, kita belum sampai setengahnya. Makanya, tetap tenang, sabar, n’ semangat. Oke?
Langkah Kedua: Mengisi Aplikasi
Langkah kedua adalah mengisi aplikasi beasiswa untuk dikirim ke panitia (biasanya berkedudukan di Jakarta). Sebelum mengisi, kita browsing dulu di internet, mencari lembaga atau negara yang memberikan beasiswa.
“Wah, susah dong. Pake buka internet segala,” celetuk seorang kawan.
Sebenarnya tidak sulit, sih. Karena Syeikh Google siap membantu kita.
Sebagai acuan, ada beberapa lembaga yang setiap tahunnya memberikan beasiswa. Salah satunya adalah AMINEF. Lembaga ini khusus memberikan beasiswa S2, S3, dan beasiswa non gelar di Negeri Paman Sam alias Amerika Serikat. Begitu juga Australian Development Scholarship di Australia dan New Zealand Development Scholarship (NZDS) di Selandia Baru. Untuk kawasan Benua Biru (Eropa), kita bisa memilih Netherland Education Support Office (NESO) di Belanda, atau Jerman dan Prancis. Namun, untuk kedua negara ini, kita harus mampu menguasai bahasa negaranya plus Bahasa Inggris.
Nah, kalo kita sudah masuk ke situs lembaga bersangkutan, selanjutnya kita tinggal cari skema beasiswanya. Jika kita ingin melanjutkan ke jenjang S2, maka kita pilih folder S2, lalu kita baca syarat-syaratnya, kemudian mengunduh formulir aplikasi yang tersedia. Setelah diunduh, formulir tersebut diisi dengan isian yang sebaik mungkin, sesuai permintaan pemberi beasiswa.
Mengisi formulir seperti ini memang gampang-gampang susah. Karena banyak pertanyaan yang mengharuskan kita menjelaskan siapa kita, apa pekerjaan kita, tujuan mengajukan beasiswa, bagaimana peran kita di masyarakat, dan apa kontribusi kita setelah menyelesaikan studi. Inti dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah ingin mengetahui apakah kita layak mendapatkan beasiswa. Karena yang dipilih bukanlah orang sembarangan, tetapi mereka yang punya jiwa kepemimpinan dan punya cita-cita ingin mengembangkan peradaban bangsanya.
Selain beberapa pertanyaan tersebut, yang perlu kita persiapkan adalah syarat administratif, seperti sertifikat TOEFL, ijasah yang sudah dilegalisir, surat rekomendasi, dan sebagainya. Ya, kayak orang ngelamar kerja, dech... Setelah dirasa cukup, kita kirim semua berkasnya ke Jakarta. Jangan lupa berdoa agar kita lolos ke tahap berikutnya.
Langkah Ketiga: Wawancara
Ini merupakan tahapan terpenting dan banyak pelamar beasiswa yang gagal di fase ini. Kegagalan tersebut rata-rata disebabkan kurangnya persiapan, terutama untuk menjawab pertanyaan secara meyakinkan dan dengan menggunakan bahasa Inggris yang baik.
“Wah, harus ngomong cas cis cus, dong...?”
Betul kawan, dalam wawancara ini kita harus bisa berbicara dalam bahasa Inggris, agar kita dianggap layak kuliah di sono.
Biasanya, pewawancara terdiri dari beberapa orang (tiga atau lebih). Komposisinya terdiri dari perwakilan lembaga pemberi beasiswa, perwakilan kedutaan negara tujuan, dan seorang alumni. Selain bertanya tentang motivasi, bahasa, kesiapan akademik, dan kontribusi kepada masyarakat, terkadang mereka juga bertanya tentang proposal tesis (untuk S2) dan disertasi (untuk S3) yang kita persiapkan.
Tips menghadapi wawancara ini; pertama, bersikaplah tenang dan rileks. Jangan tegang. Anggap saja pewawancara sebagai teman. Tujuannya, agar kita bisa menjawab dengan santai tapi berbobot.
Kedua: pertanyaan berikutnya rata-rata mengacu pada jawaban pertama. Jika kita mampu menjawab pertanyaan pertama secara meyakinkan, Insya Allah pertanyaan berikutnya akan mudah terjawab. So, persiapkan jawaban pertama secara matang. Oke?
Â
Langkah Kempat: Tes TOEFL Internasional
Setelah lolos wawancara, kita akan dites TOEFL Internasional. Tes ini diberikan secara gratis. Jika dalam tes pertama nilai kita tidak cukup, kita akan diberi kesempatan tes kedua dan ketiga. Nah, kalo dalam 3 kali tes ternyata nilai kita tetap tidak mencukupi, otomatis kita tidak lolos.
Beberapa lembaga pemberi beasiswa biasanya memberikan pelatihan bahasa antara 2-9 bulan, tergantung kemampuan bahasa kita sebelum tes TOEFL Internasional. Namun, untuk lembaga di negaranya Barrack Obama (Amerika Serikat) biasanya tidak memberikan pelatihan.
Demikian beberapa seluk beluk cara memburu beasiswa ke luar negeri. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat, terutama bagi teman-teman warga NU yang ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri. ()