Menegaskan Identitas Melalui Kartanu
Zbr344x Buletin-khidmah Wacana
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Namun, sejak berdirinya hingga kini, populasi warga NU tidak jelas jumlahnya. Ada yang menyebut, warga NU berjumlah 40 juta orang, ada juga yang menyatakan 60 juta, 70 juta, 80 juta, dan seterusnya. Dengan populasi yang sangat besar itu, sebenarnya potensi warga NU sangat luar-biasa. Namun tidak tergarap secara maksimal sehingga kuantitas tidak berbanding lurus dengan kualitas.
Inilah salah satu alasan yang mendasari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk melakukan pendataan jumlah warga NU melalui Kartanu (Kartu Tanda Anggota NU); agar potensi warga dapat dikembangkan secara maksimal. Untuk memperjelas masalah ini, wartawan Khidmah, Zubairi el-Karim mewawancarai KH. M. Siddiq Abdurrahman, SH., Wakil Ketua PWNU Jawa Timur dan salah satu pemrakarsa program KartaNU.
Â
Apa yang mendasari NU untuk menegaskan identitasnya?
Harus diakui, NU sekarang dihadapkan pada makin maraknya organisasi baru, baik organisasi trans-nasional maupun organisasi lainnya, yang sesungguhnya tidak memiliki infrastruktur dan jamaah yang jelas. Mereka masuk dengan cara menyusup, memasukkan faham, merombak tradisi, dan lama-lama menguasai aset jam’iyah. Nah, menyelamatkan aset dan status hukum menjadi kewajiban kita. Dan itu hanya bisa dilakukan manakala aset kita sudah jelas.
Sebenarnya, berapa jumlah populasi kaum Nahdliyyin?
Inilah masalahnya. Konon kita memiliki jamaah yang banyak, tapi jumlahnya dari dulu sampai sekarang hanya taqdiran (kira-kira). Konon jumlahnya kira-kira 80 juta, ada yang mengatakan 70 juta. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan kira-kira jumlah warga NU 60 juta. Harus diakui, kita tidak punya catatan pasti berapa jumlah warga NU di Nusantara. Nah, untuk memastikan datanya, maka identitas warga NU lintas ras, suku, dan bahkan partai sekalipun harus jelas, karena semua tentu menjadi kekuatan untuk kebesaran NU. Karenanya, Jawa Timur ingin mempelopori penataan administrasi jumlah warga NU.
Apa pentingnya KartaNU bagi warga NU?
KartaNU memiliki manfaat bagi jamaah (anggota) dan jam’iyah (organisasi). Bagi jamaah, tentu KartaNU menjadi simbol identitas dan kebanggan warga Nahdlatul Ulama. Bagi Jam’iyah banyak manfaatnya; pertama, KartaNU dimaksudkan sebagai pintu masuk untuk menggali aset dan data-base warga Nahdlatul Ulama. KartaNU bagian dari upaya pembenahan institusi kita. Karena kita sadari, NU itu cukup baik dari sisi populasi jamaah, tapi tidak cukup baik dari sisi pengelolaan jam’iyah. Karenanya, perlu pembenahan data potensi warga melalui program KartaNU.
Jika program ini terealisasi, kelak dari KartaNU ini akan lahir statistik potensi warga NU di semua tingkatan. Baik potensi polulasi jamaahnya, sosial politiknya, termasuk jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, hingga yang menduduki jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan dan seterusnya. Tujuannya, agar mereka yang duduk di pemerintahan terpantau dan dapat menghasilkan kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat dan warga NU.
Manfaat lainnya?
Kedua, melalui program KartaNU ini, NU ingin mulai membangun ekonomi kecil warga NU melalui koperasi yang disebut Mabadi’ Bintang Sembilan. Koperasi yang dihasilkan dari kesadaran warga untuk membangun ekonomi dirinya dari dan untuk warga NU.
Ketiga, untuk reformasi pembelaan jamaah. Dengan adanya data-base warga NU dari tingkatan Pusat, Wilayah, Cabang, MWC, dan ranting-ranting, nantinya kita dapat melakukan pembelaan yang jelas terhadap hak-hak warga NU. Sekecil apapun haknya, seperti urusan wakaf tanah milik warga NU, harus dibela.
Kalau data warga NU jelas, maka akan membantu program strategis yang direncanakan NU ke depan, agar tepat sasaran, efektif, dan efisien. Misalnya, persoalan dan potensi di bidang kesehatan, akan memperjelas program NU untuk membangun rumah sakit. Andai kita punya warga 3.000 orang saja per-ranting, lalu urunan Rp.500 setiap hari, maka akan mampu membangun rumah sakit per MWC dalam jangka 1 tahun. Itu baru satu kecamatan. Kalau satu kabupaten, tentu potensinya lebih luar biasa.
Dalam 10 tahun ke depan, kita akan memasuki 1 abad kelahiran NU. Tentu skenario program harus makin jelas, strategi programnya harus makin mantap, yang tentu saja harus mengacu pada dimensi historis dan pandangan jauh ke depan.
Kenapa program KartaNU harus dimulai dari Jawa Timur?
PBNU melihat bahwa potensi NU di Jawa Timur, dari tingkat PCNU sampai ke tingkat ranting, patut dipertahankan, dilestarikan, dan dikembangkan. Karena potensi NU di Indonesia ini, yang benar-benar hidup hanya di Jawa Timur. Yang lain terkadang hanya hidup menjelang Pilkada, menjelang Konferensi atau Muktamar. Dari Jawa Timur inilah nantinya KartaNU akan menjadi program tingkat Nasional.
Dulu sudah pernah ada KartaNU. Bedanya apa dengan sekarang?
Dari sisi format, KartaNU sekarang akan disesuaikan dengan kedudukan dan status keanggotaan warga di ke-NU-an dan Badan Otonomnya (Muslimat, Fatayat, Ansor, IPNU, IPPNU, dst.). Dari sisi kecepatan, kalau dulu masih menunggu hari untuk selasai, sekarang 20 menit langsung selesai. Setelah pemotretan, warga langsung bisa bawa pulang KartaNU. Lebih cepat daripada E-KTP. Makanya saya menyebutnya dengan E-KartaNU.
Kemudian, dari sisi jarak, pemotretan KartaNU dilakukan langsung di ranting NU. Pelajar yang mondok, pemotretannya dilakukan di pondok. Hal ini dimaksudkan agar lebih dekat dengan jamaah.
Berapa biaya pembuatannya?
Per-satu KartaNU Rp.8.000,-. Karena, selain harga pokok, hasilnya juga akan dibagi untuk pengurus ranting, MWC, Cabang, dan Wilayah. Keputusan harga diambil dari keputusan AD-ART NU tentang i’anah syahriyah, di mana semestinya warga NU setiap bulan membayar i’anah Rp.150. Jika Rp.150 dikali 12 bulan, lalu dikali 5 tahun, ketemunya Rp.8.000,-. Jadi, dengan ber-KartaNU, kita sudah membayar i’anah syahriyah.
Apa manfaat KartaNU bagi jam’iyyah?
Manfaat untuk Jam’iyah, PCNU dan MWCNU nanti akan mendapatkan data-base tentang potensi anggota NU yang dihasilkan dari KartaNU itu, termasuk berapa jumlah Lembaga dan Banom, penghasilannya, pekerjaannya, status perkawinannya, dll.
Manfaat bagi jamaah?
Manfaat bagi warga, warga NU yang punya anak kuliah di Unisma Malang, misalnya, silahkan membawa KartaNU; ia akan mendapat potongan biaya kuliah 10%, di Rumah Sakit Islam (RSI) mendapat potongan 20%; sedikit tapi kongkrit. Kalau kuliah S2 di luar negeri, daftarkan dulu ke PCNU, lalu ke PWNU, nanti direkomendasikan untuk mendapat potongan biaya pendidikan.
Manfaat secara ukhrawi?
Ini cerita Katib Syuriyah MWC NU Kapongan Situbondo. Salah seorang pengurus ranting NU Mangaran meninggal dunia tahun 1998. Dalam perjalanan menuju surga, dia pindah dari satu pintu ke pintu lain ditolak. Ketika sampai di pintu ke 7, terlihat ada banyak orang, salah-satunya adalah (alm) Kiai As’ad Syamsul Arifin. Saat yang bersangkutan ditanya, ternyata KartaNU tidak punya, maka ia disuruh balik lagi ke dunia. Ternyata dia benar-benar hidup lagi. Akhirnya, dia mengurus KartaNU. Nah, sekarang dia telah meninggal dunia, sehingga tersebarlah cerita ini.
Ini fakta yang tidak mengherankan, karena dalam Al-Qur’an dinyatakan: Watsiqalladziina ittaqau rabbahum ilal jannati zumara, juga banyak pesan hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan bahwa kita akan bangkit bersama orang yang kita cintai. Dari saking cintanya kepada Kiai Hasyim Asy’ari, maka Kiai As’ad Syamsul Arifin menyerukan agar warga NU memiliki KartaNU, semata-mata untuk khidmah pada Kiai Hasyim Asy’ari dan NU. Jadi, jangan punya niat untuk gagah-gagahan atau untuk mendapatkan keringanan ini dan itu. Diatkan, kelak ketika bangkit di akhirat, kita ingin bareng dengan Kiai Hasyim dan pendiri NU lainnya. Jadi, keanggotaan NU tidak hanya di dunia saja, tapi sampai di akhiratpun, KartaNU masih diakui. [Zbr]