Media Dakwah

BUMIAswaja

Media Dakwah MWCNU Pragaan

Lubang Kesabaran

Rabu, 1 Januari 2014 04:10 WIB
175x Buletin-khidmah Esai

Oleh: K.A. Dardiri Zubairi
Sekretaris PC NU Sumenep


 

Suatu hari ketika naik motor bersama istri dan anak, saya sempat kesal dan mengeluh ketiba tiba di jalan berlubang dan rusak. Kiran-kira 200 meteran, jalan berkubang mulai sejak sisi kiri, kadang di tengah,  kadang di sisi kanan. Akibat jalan rusak itu saya harus memelankan laju motor, pada hal kami harus segera tiba di rumah.

Jalan kayak gini yang bikin kita gak nyampek-nyampek ,  keluh saya sama istri

Justru jalan kayak gini yang mengajari kita sabar…” jawab istri singkat.

Saya diam. Tapi pikiran saya terus berjalan mengimbangi laju kendaraan yang pelan-pelan berjalan. Saya makin yakin dengan apa yang disebut perspektif atau sudut pandang. Hal sama ketika dilihat dari perspektif beda menjadikan tindakan juga berbeda. Bagi saya jalan berlubang menjadi beban, bagi istri justru dinikmati sebagai cara melatih kesabaran.

Kita dan Ketergesaan

Jika mencermati sekeliling kita, manusia saat ini ditandai oleh ketergesaan. Suatu sikap hidup serba terburu-buru dalam merampungkan sesuatu. Ingin cepat tuntas. Dan ingin cepat selesai. Ketika selesai manusia ditunggu pekerjaan lain yang kembali memerlukan sikap ketergesaan. Di sini manusia seperti dipenjara oleh siklus ketergesaan. Dari satu ketergesaan ke ketergesaan yang lain.

Saya kadang dipaksa berperang dalam bathin ketika suatu saat harus berhenti di lampu merah, terutama di pinggiran kota yang tidak ramai,  sendirian. Ketika yang lain menerobos, saya berhenti sendiri. Kadang banyak yang menoleh kepada saya. Mereka pikir alangkah bodohnya saya, sepi saja masih mau berhenti. Kadang saya malu juga. Ketiga ego ketidaksabaran menang, saya  akhirnya menerobos. Pada hal hakekatnya saya kalah. Saya tak mampu menaklukkan diri sendiri.

Saya jadi ingat petuah orang tua yang sering menasehati, jika makan nasi panas di sebuah piring, tidak mungkin kita langsung menyendok nasi di tengah. Pasti kita memulainya dari pinggir piring. Petuah ini sebenarnya mengajarkan kesabaran. Sebaliknya, kita diminta untuk menghindar dari ketergesaan.

Bagaimana Menyisatinya?

Ketika saya naik motor dalam suatu perjalanan jauh, pikiran saya sudah membayangkan harus segera tiba di tempat tujuan. Tak heran jika pikiran saya pasti sibuk, karena ketergesaan saya akan muncul. Sebaliknya, kesabaran saya sedang mengalami ujian. Karena ketergesaan acap kali tidak bisa disandingkan dengan kesabaran.

Bagaimana saya menyiasatinya? Saya ambil ilmu yang saya dengar dipraktekkan tentara ketika harus lari 15 kali putaran lapangan bola. Tentara ketika berlari kenapa kuat, karena ia tidak langsung berpikir target lari 15 kali putaran selesai. Ia akan berpikir, “ah.. sebentar lagi saya akan menyelesaikan 20 langkah.” Jika tiba 20 langkah, ia segera membuat target baru, “sebentar lagi 25 langkah akan saya sudahi.” Begitu seterusnya hingga satu putaran, dua putaran, hingga berhasil 15 kali putaran.

Nah cara ini kadang saya coba. Ternyata saya bisa lebih tenang dan sabar menjalankannya. Ketika motor saya sudah di jalan raya, saya segera bilang, “200 meter lagi saya akan tiba di pasar.” Tiba di pasar saya pasang target baru, “400 meter lagi saya akan tiba di masjid sana…” begitu seterusnya saya perpendek target, hingga perjalanan 15 km tidak terasa lama menjalaninya.

Kembali ke Lubang

Sering kali manusia pelupa. Suatu saat bisa menjalaninya, tetapi di saat yang lain malah melanggarnya. Sebenarnya jika kita mau, jika perspektif kita rubah, sesuatu yang dianggap masalah oleh kita, bisa menjadi peluang.  Tergantung cara kita memandangnya.

Nah..untuk bisa konsisten menjalaninya, kehadiran orang lain menjadi sangat penting maknanya. Itulah makna penting keluarga, tetangga, sahabat untuk saling menguatkan dalam kesabaran. Dalam kebaikan.

Kembali ke soal jalan berlubang, sangat banyak orang bertabrakan karena berebut jalan nyaman. Belum “lubang” dalam makna luas, seluas kehidupan yang kita jalani, memang selalu menuntut kita untuk sabar. Untuk sampai kepada kesabaran, sumber kehidupan untuk bahagia dan tenang, bukankah harus dimulai dari hal kecil? Untung, istri saya sudah mengingatkan.

Tetapi mengatakan seperti ini bukan berarti saya menyuruh pemerintah membiarkan infrastruktur yang rusak, dengan alasan demi melatih kesabaran rakyatnya.

Matorsakalangkong

Pulau Garam |  20 maret 2013

  • Ahad, 8 Februari 2015 09:06 WIB Mencium Tangan Guru Dianjurkan

    DISKRIPSI MASALAH Salah satu tradisi warga NU ketika bertemu warga NU lainnya mereka berjabat tangan (asalaman). Bahkan tidak hanya sekedar itu, akan tetapi ada pula yang sampai mencium tangan dengan alasan takdzim, apabila yang mereka jumpai adalah orang alim atau gurunya.   PERTANYAAN Bagaimana

  • Ahad, 8 Februari 2015 08:45 WIB Sosialisasi Korporatisasi Garam Rakyat

    Sosialisasi korporatisasi garam rakyat makin gencar dilakukan PBNU. Seperti yang dilakukan hari Sabtu (7-2-2015) di kantor MWC NU Pragaan, Tim sosialisasi bersama Ketua PCNU Sumenep jumpai petani garam rakyat yang ada di MWC NU Pragaan. Dalam arahannya Ketua Tim Rokib Ismail mengatakan bahwa pemerintah akan

  • Ahad, 1 Februari 2015 22:49 WIB NU Pragaan Mulai Gencarkan Info KARTANU

    Jaddung menjadi ranting NU pertama yang didatangi Tim Kartanu MWC NU Pragaan. Setelah pagi harinya membentuk TIM, sore harinya Ahad (1-2-2015) di kediaman KH. Asnawi Sulaiman PP Al-Ihsan Jaddung TIM Kartanu sosialisasikan Kartanu kepada pengurus dan warga yang ikut perkumpulan ranting. Rais Syuriyah KH. Moh.

  • Sabtu, 31 Januari 2015 22:47 WIB PWNU Ajak PCNU Genjot Kartanu Jilid II

    Meskipun sepanjang pagi diguyur hujan, tak menyurutkan PWNU merapat dengan PCNU dan MWC NU se Kabupaten Sumenep, sabtu (31-01-2015). PWNU sebutkan perolehan Kartanu Sumenep baru 17.000. Jumlah ini masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan PCNU lain. Padahal Sumenep potensi kewargaannya kuat. KH.

  • Rabu, 28 Januari 2015 04:06 WIB LPNU Study Pengelolaan Penggemukan Sapi

    Takut keliru dalam memulai usaha penggemukan ternak, pengurus LPNU adakan study awal pendirian kandang komunal, dan pemeliharaan sapi, pada hari Rabu, 28 Januari 2015. Lokasi study  yang dipilih adalah Kelompok Tani di Pamekasan Madura. Kelompok tani ini telah punya banyak pengalaman mengikuti pendidikan

  • Jumat, 23 Januari 2015 04:10 WIB LPNU Pertajam Program Penggemukan Sapi

    Sehari setelah dilantik, Lembaga Perekonomian NU Pragaan langsung tancap gas gelar rapat lanjutan di Kantor MWC NU Pragaan, Jum’at, 23 Januari 2015 M. Rapat yang dimulai pada jam 15.00 Wib ini mempertajam program unggulan LPNU yaitu penggemukan ternak sapi dengan kandang komunal. Penggemukan sapi dengan

  • Kamis, 22 Januari 2015 15:00 WIB NU Aeng Panas Bangkit Adakan Haul Akbar

    Seolah ingin menepis anggapan ranting NU yang mati, pengurus baru Ranting NU Aeng Panas bangkit mengadakan kegiatan rutin bulanan berupa pengajian kitab dan konsolidasi, bergiliran dari rumah pengurus ke rumah pengurus lainnya. Bulan maulid tahun inipun dengan bangga mengadakan Haul Akbar dan Peringatan Maulid

  • Jumat, 3 Januari 2014 00:38 WIB Sastra Tasawuf

    Oleh Asyari Khatib*)   Ada sebuah realitas menarik terkait pembicaraan tentang satrakhususnya puisidalam hubungannya dengan tasawuf. Rentang sejarah tasawuf banyak sekali dihiasi kreativitas sastra, berbentuk puisi. Demikian pula perjalanan sejarah puisi, diperkaya dengan entitas puisi yang penuh

  • Kamis, 2 Januari 2014 11:08 WIB Teologi Kultural

    Pak Kuntowijoyo pernah mengklaim Muhammadiyah telah berdosa besar terhadap dunia kebudayaan Indonesia. Pasalnya, Muhammadiyah telah menggusuratau paling tidak, bersikap antipati terhadaptradisi-tradisi lokal atau ritus-ritus keagamaan yang dipandang bersentuhan dengan konsep kuffarat, khurafat, dan tahayul.

  • Rabu, 1 Januari 2014 04:10 WIB Lubang Kesabaran

    Oleh: K.A. Dardiri Zubairi Sekretaris PC NU Sumenep   Suatu hari ketika naik motor bersama istri dan anak, saya sempat kesal dan mengeluh ketiba tiba di jalan berlubang dan rusak. Kiran-kira 200 meteran, jalan berkubang mulai sejak sisi kiri, kadang di tengah, kadang di sisi kanan. Akibat jalan rusak

  • Selasa, 24 Desember 2013 09:42 WIB Mengintip Geliat Sastra Kampung

    Oleh Sahli Hamid*)   Perdana Menteri Singapura mewajibkan rakyatnya membaca karya sastra. Kuntowojoyo mengatakan kalau masyarakat Indonesia ingin baik, mereka maka harus membaca karya sastra.   Menarik sekali membincang sastra kampung, atau yang biasa disebut sastra pedalaman. Sastra yang

Memuat Data...

Siapkan Identitas
Khusus Warga Kecamatan Pragaan