Mengais Barokah di Negeri Seberang
esoftHMD174x Buletin-khidmah Gagasan
Pada saat itulah aku, Arai dan Jimbon mengkristalkan harapan agung kami dalam satu statement yang sangat ambisius: cita-cita kami adalah ingin ke Prancis! Ingin menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Eropa sampai ke Afrika.
Bagi Anda yang pernah membaca novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, atau nonton film dengan judul yang sama karya Sutradara Riri Reza, mungkin sudah akrab dengan penggalan kalimat di atas. Penggalan tersebut merupakan representasi ungkapan diri hampir semua pelajar di Indonesia. Paling tidak, hal itu pernah saya alami sebelum kuliah di Belanda.
Penggalan di atas mengisyaratkan bahwa suatu saat nanti, dirinya akan ke pergi luar negeri; ke negeri yang hanya pernah ia baca di koran, ia dengar di radio, ia lihat di televisi, ataupun melalui film yang banyak memperlihakan keindahan panorama negeri antah berantah.
Apakah memang sulit mendapatkan beasiswa layaknya Ikal dan Irai yang bisa melenggang ke Prancis? Menurut pengalaman penulis, cukup sulit dan dalam beberapa hal bisa dikatakan sangat sulit. Namun bukan berarti tidak mungkin. Kita lihat dalam novel Laskar Pelangi, bagaimana Ikal dan Arai berjuang untuk mewujudkan cita-citanya, dan ujungnya mereka juga berhasil, bukan?
Rasulullah SAW sendiri bersabda, kita dituntut mencari ilmu walaupun ke Negeri Cina. Hadits tersebut menunjukkan bahwa kita sebagai umat Islam, dianjurkan bahkan diwajibkan mencari ilmu dan barokah sejauh mungkin. Karena ilmu dan barokah itu ada di mana saja, termasuk di luar negeri. Asalkan niat belajarnya adalah lillahi ta’ala, guna memberi manfaat kepada masyarakat, serta mendorong kemajuan bagi umat Islam di Tanah Air.
Pertanyannya, bagaimana cara mendapatkan satu tempat di salah satu universitas ternama di dunia? Apakah kita perlu ke dukun atau membuat jampi-jampi khusus agar lulus tes?
Tenang saja. Anda tak perlu ke dukun, tak perlu membuat jimat. Yang perlu Anda lakukan adalah mengoptimalkan semangat dan talenta untuk menghadapi pertempuran. Bukan perang bersenjata, tapi perang untuk menumbuhkan semangat dan memacu pikiran untuk belajar, belajar, dan belajar.
Berikut langkah-langkah yang dapat mengantarkan Anda belajar ke luar negeri:
Â
Langkah Pertama: Persiapkan Kemampuan Bahasa
Ingin kuliah ke luar negeri, syarat utamanya tentu kemampuan bahasa. Utamanya bahasa Inggris. Hal ini disebabkan hampir sebagian besar beasiswa berasal dari negara yang bahasa pengantarnya adalah Bahasa Inggris. Kecuali jika Anda ingin kuliah di Prancis atau Jerman, maka Anda harus menguasai kedua bahasa negara tersebut.
“Berarti lama dong, belajarnya. Bahasa Inggris saja hanya tahu I love you,” kata seorang sahabat. “Ya, iya lah,” jawab saya, serius.
Jika kita bisa mengukur seberapa hebat atau buruk bahasa kita, maka kita bisa menganalisa berapa lama kita harus belajar. Kalau perlu ambil kursus. Jika kursus di kota besar seperti Surabaya atau Jakarta terasa mahal, kita bisa mencari alternatif seperti di Pare, Kediri. Jangan terlalu terburu-buru. Kalau dirasa belum cukup, tambah lagi durasi belajar Anda. Paling tidak, Anda harus meluangkan waktu antara 6 bulan sampai 1 tahun.
Ukuran yang dipakai adalah jika Anda sudah memiliki nilai TOEFL antara 500-550. Angka minimal yang dibutuhkan untuk mendaftar di kampus luar negeri sebenarnya 550. Namun, beberapa negara pemberi beasiswa seperti Australia, biasanya mentolerir nilai 500. Namun, negara lain seperti Amerika dan negara-negara Eropa mematok angka 550.
Untuk diketahui, TOEFL sendiri mempunyai dua kategori. Yang pertama TOEFL internasional dan kedua institusional. Dua-duanya dikeluarkan oleh lembaga dari Amerika, yaitu Education Testing Service (ETS). Untuk sekedar mendaftar di lembaga pemberi beasiswa di Jakarta, Anda cukup mempunyai TOEFL institusional. Biaya untuk mengikuti ujian ini sekitar Rp. 300.000, -. Anda bisa mengikuti ujian ini di kampus negeri di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Unair, ITS, UGM, UI dan sebagainya. Jadi, jika Anda punya sertifikat TOEFL yang dikeluarkan oleh lembaga lain selain ETS, otomatis Anda tidak akan diperbolehkan mengajukan aplikasi ke luar negeri.
Sebagai tambahan, jika Anda berencana mendaftar langsung ke kampus di luar negeri dan mengharap beasiswa di tingkat kampus, Anda harus mempunyai TOEFL berstandar internasional. Biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp. 2.000.000,-.
“Wah, besar dong biayanya,” sanggah kawan saya. “Makanya persiapkan sejak dini. Kalau kita bisa lolos di tahap pertama dan kedua (seleksi aplikasi administrasi dan wawancara), kita pasti akan mendapat jatah tes TOEFL Internasional gratis,” jawabku tak kalah hebat.
Terus, jika Anda sudah punya modal TOEFL 550, apa yang harus saya lakukan?
Baca di edisi berikutnya, ya… See you next time.
Â
Oleh Muhammad As’ad
Alumni PP. Tebuireng, Pernah “Nyantri” di Universitas Leiden, Belanda