Siswa pun Harus Bisa Baca Kitab Kuning
Asr376x Buletin-khidmah Majelis-ilmu
Pondok Pesantren Al-Ibrohimy
Masaran Sentol Daja Pragaan Sumenep Madura
Siswa pun Harus Bisa Baca Kitab Kuning
Waktu itu tahun 1992. K.H. Nahdli Rosi sekeluarga bermaksud boyongan ke Guluk-guluk. Sepetak tanah di sana sudah dibeli dan siap ditempati. Namun segera setelah terdengar almarhum K.H. Ahmad Fauzi Sirran, beliau dipanggil menghadap. “Kalau masyarakat Guluk-guluk sudah banyak yang paham agama. Kalau mau pindah, ke Sentol saja. Di sana masih minus pengajar agama,” beliau.
Saran tersebut kemudian dikembangkan ke sejumlah guru dan kiai lain. Semua menilai bagus. Lokasi segera dicari. Atas bantuan H. Syamsul didapatlah satu lokasi strategis di Desa Sentol, tepatnya di sisi selatan ruas jalan raya Pamekasan-Sumenep, Dusun Masaran Desa Sentol Daja Kecamatan Pragaan.
Hal pertama yang beliau lakukan di bumi baru ini adalah mendirikan masjid. Dan, dari sinilah kaki sejarah melangkah. Pelan tapi pasti. Betul seperti kata K.H. Ahmad Fauzi, masyarakat Sentol (baca: Masaran) masih kering pemahaman agama. “Begitu masjid berdiri, masyarakat datang ke sana bukan untuk shalat, tapi untuk menonton orang shalat; shalat tarawih di bulan Ramadhan,” tutur K. Nahdli (sapaan akrabnya) mengenang.
Dengan sabar dan penuh telaten, K. Nahdli terus menyiram rohani masyarakat Masaran dengan tetes-tetes ajaran Islam. Tokoh-tokoh masyarakat dirangkul, digugah, dan diajak serta memikirkan pendidikan agama di kampung ini. Di antara mereka H. Muzammil dan H. Syamsul; dua tokoh yang kelak berhasil menggerakkan putra-putri warga Masaran belajar agama.
Tahun 1993 K. Nahdli mendirikan yayasan, namanya Al-Ibrohimy. “Nama ini dari almarhum K.H. Ahmad Fauzi. Katanya tabarrukan pada kakek saya dan istri, K. Ibrohim,” tutur K. Nahdli yang masih ada hubungan darah dengan sang istri, Ny. Hj. Tamamah Abi Syuja‘.
Pendirian yayasan ini menjadi titik awal dari sebuah rencana besar dan panjang ke depan. Pada tahun itu juga yayasan membuka pondok pesantren, merintis Madrasaha Diniyah Sore, dan mendirikan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA). Santri pertama yang mondok adalah Mahsari dari Blumbungan Pamekasan. disusul santri-santri dari daerah sekitar. “Alhamdullilah, jumlah santri terus bertambah. Sampai tahun 2012 kemarin, jumlah alumni tak kurang dari 300 orang, sedangkan santri aktif berjumlah 170 orang; 80 putra dan 90 putri,” tutur kiai dengan tujuh anak ini; tiga hidup, empat meninggal.
Â
Yang sepesifik dari Pesantren Al-Ibrohimy ini adalah penekanan kuat pada kemampuan membaca kitab kuning. Semua santri diarahkan ke sana, dan dikawal langsung secara ketat oleh pengasuh sendiri, dibantu putra dan menantu beliau, K.H. Hayatul Islam dan K. Zain Fairuz. Untuk tujuan ini berbagai metode diterapkan, utamanya metode sorogan dan bandongan. Untuk mengasah kemampuan membaca kitab kuning ini, santri dilibatkan secara aktif dalam forum bahtsul masail pesantren. Sebagai kegiatan pendukung, mereka juga diaktifkan dalam kegiatan Tahs?n al-Khathth (Kaligrafi), Tahs?n al-Qur’?n, dan Muh?dharah. Kegiatan ini pun berbuah prestasi. Pada tahun 2012 lalu, Pesantren Al-Ibrohimy berhasil meraih Juara II lomba Pidato dan Juara II Lomba Tartilul Qur’an dalam Gelegar Lomba Pekan Rajabiyah dan Harlah NU Pragaan.
Khusus untuk santri putri, pengajaran kitab kuning lebih ditekankan pada pemahaman materi yang berkaitan dengan masalah-masalah kewanitaan. Maka dipilihlah kitab seperti Dal?l al-Nis?’ dan Qurrah al-‘Uy?n.
Seiring dinamika kehidupan dan tantangan zaman, serta untuk memenuhi tuntutan masyarakat, Pondok Pesantren Al-Ibrohimy yang mempunyai Visi “sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agama Islam” ini pun terpanggil untuk mendirikan lembaga pendidikan formal. Tahun 1994 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ibrohimy didirikan dengan Ust. Shalehuddin sebagai kepala sekolah hingga sekarang. Kemudian pada tahun 2000 didirikan pula Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Ibrohimy dengan kepala sekolah Drs. K.H. Junaidi Muarif, menyusul Madrasah Aliyah (MA) Al-Ibrohimy pada tahun 2013. Sampai saat ini lembaga-lembaga pendidikan formal ini telah memiliki fasilitas gedung sendiri-sendiri, yaitu 6 ruang kelas untuk MI, 3 ruang kelas untuk Mts, dan 3 ruang kelas untuk MA. “Pada tahun ini, Yayasan al-Ibrohimy sedang menyelesaikan pembangunan ruang kelas untuk MTs Puteri, bantuan rehabilitasi dari Kantor Kementerian Agama Jawa Timur. Insya Allah juga akan segera dibangun gedung Raudhatul Athfal (RA) dari dana PNPM Mandiri pedesaan,” tutur K.H. Hayatul Islam, putra keempat K. Nahdli.
Ditanya tentang target ideal lulusan Pondok Pesantren Al-Ibrohimy, K.H. Hayatul Islam mengatakan, “Kami ingin mencetak santri yang siswa dan siswa yang santri sekaligus. Untuk ini kami targetkan, jangan santri, siswa pun harus bisa membaca kitab kuning.” (asr-zbr)